“Gambaran Kearifan Lokal Indonesia ‘Cerita
Perwayangan’ dengan Paradigma Ilmu Psikologi Barat yang Empiris”
Oleh:
Jhaihan Farah Nabila
6012210040
Fakultas Psikologi Univesitas Pancasila
BAB I
Latar Belakang
1.
Pendahuluan
Indonesia
merupakan negara dengan beragam kekayaan yang tersusun dengan beberapa gugusan
pulau didalamnya. Indonesia selain terkenal dengan kekayaan alamnya juga
terkenal dengan berbagai kearifan lokalnya. Kearifan lokal yang dikenal dengan
warisan nenek moyang salah satunya adalah wayang. Wayang merupakan suatu karya yang diakui
“adhiluhung” karya seni yang menurut saya padat nilai filosofis , nilai
simbolis, dan nilai historis. Wayang
bukan hanya benda biasa yang dibuat untuk pertunjukan tapi benda yang biasa
yang setiap pertunjukan akan melahirkan nilai-nilai filsafat hidup.
Sri mulyono
(1979) mengatakan dengan tegas bahwa:
“Wayang
adalah bahasa simbol dari hidup yang lebih bersifat rohaniah daripada lahiriah”
Unsur
yang tidak bisa lepas dari jerat perhatian para penonton wayang sendiri adalah
tokoh yang diceritakan dalam wayang. Nilai moral terdapat pada cerita wayang
tersebut dan pada tokoh dalam wayang. Tokoh dalam wayang selalu meninggalkan
kesan bagi para penikmat wayang. Terutama sifat baik dan buruk dari tokoh
wayang itu sendiri. Wayang merupakan salah satu kearifan lokal yang nyata
dimana didalamnya terdapat kepribadian yang berwujud peran yang diceritakan
oleh tokoh wayang tersebut yang meninggalkan kesan-kesan tertentu bagi
penikmatnya. Kepribadian dalam tokoh cerita wayang akan menarik untuk
dianalisis karena didalamnya terdapat relevansi
langsung terhadap kebudayaan di Indonesia. Selama ini perkembangan ilmu psikologi
sendiri selalu berkiblat pada barat yang kita tahu perkembangannya selalu
mengesampingkan hal-hal tidak empiris. Padahal banyak kearifan lokal yang
dipunyai Indonesia yang bersifat universal dan tidak bias budaya, salah satunya
wayang. Psikodiagnostik sesi mas Seta
kali ini akan memecahkan masalah ilmu empiris dan kaitannya dengan budaya lokal
dengan melakukan analisis tokoh wayang dengan teori kepribadian yang berkembang
di barat. Dengan begitu kita bisa melahirkan pemikiran internasional yang
berkearifan lokal.
1.2.Sinopsis Ramayana
Raja Dasarata di Ayodya mempunyai beberapa istri. Dari Dewi
Kosalya ia berputra Rama. Dengan istrinya yang ke-2 bernama Kaikeyi berputra
seorang bernama Barata. Putra-putranya yang lain ialah Laksamana dan Satrugna.
Putra-putranya ini dididik sebagaimana pendidikan yang diberikan para putra
raja.
Dalam suatu sayembara Rama mendapat Dewi Sinta yang sangat,
cantik sebagai istrinya. Dewi Sinta adalah anak raja Janaka yang memerintah di
Mitila.Pada waktu Dasarata sakit ia pernah berjanji kepada Kaikeyi bahwa kelak
tahta kerajaan akatt diserahkan kepada Barata, untuk membalas jasa Kaikeyi yang
telah dengan tekun merawatnya.Setelah Dasarata tua, tahta kerajaan diserahkan
kepada Rama. Karena itu Kaikeyi menggugat dan mengingatkan baginda akan
janjinya dahulu. Tuntutan ibu tiri Rama itu ialah: (1) Barata harus dinobatkan
menjadi raja Ayodya; (2) Rama harus dibuang dalam hutan selama 14
tahun.Dasarata harus menepati janjinya sebagai seorang ksatria dan dengan sedih
ia menyampaikan keputusan atas tuntutan di atas.
Rama mengundurkan diri dan mengembara di hutan Dandaka
selama 14 tahun bersama istri dan adiknya, Laksamana. Hal ini sangat
mengharukan rakyat Ayodya yang sangat mencintai Rama. Karena sedih memikirkan
hal itu maka mangkatlah Dasarata.
Pada suatu hari Sinta dirampas raksasa Wirada. Tetapi
raksasa itu dapat dikalahkan Rama dan Laksamana. Pada hari lain Rama berjumpa
dengan Surpanaka, adik perempuan raja Rahwana yang memerintah kerajaan Alengka.
Surpanaka jatuh cinta kepada Rama, tapi Rama tidak mau tergoda. Begitu pula
cinta Surpanaka terhadap Laksamana tidak mendapat sambutan. Bahkan Laksamana
mengerat telinga dan hidung Surpanaka karena bencinya. Surpanaka segera
mengadukan halnya kepada Rahwana (Dasamuka = sepuluh muka) yang sudah
mengetahui kecantikan Dewi Sinta. Timbulah keinginannya untuk melarikan Dewi
Sinta. Raja Rahwana segera mendatangi tempat perkemahan Rama dengan
pengiringnya, Marica, yang dapat menjelma sebagai kijang emas. Marica menjelma
menjadi seekor kijang emas dan mendekat ke kemah Dewi Sinta. Setelah terlihat
oleh Sinta, inginlah ia memiliki kijang emas itu dan minta supaya Rama mau
menangkapnya. Sebelum Rama berangkat mengejar kijang emas terlebih dahulu ia
membuat lingkaran kesaktian mengelilingi kemah mereka. Siapa yang masuk ke
lingkaran itu tidak dapat keluar lagi. Tapi semua ini telah diperhatikan dan
diketahui oleh Rahwana dari jauh. Setelah Rama jauh dari kemah, mengejar kijang
emas, terdengarlah pekik orang. Sinta mengira Rama mendapat bahaya. Segera
Laksamana disuruh Sinta menyusul abangnya. Mula-mula Laksamana menolak, karena
telah dipesan oleh Rama supaya Laksamana tidak meninggalkan Sinta, sebelum Rama
kembali. Sinta lalu menyindir dengan mengatakan "Istri kakak lebih penting
daripada kakak sendiri."
Mendengar sindiran itu, maka Laksamana menyusul abangnya.
Rahwana segera menghampiri kemah menjelma seorang peminta-minta, berdiri di
luar lingkaran kesaktian. Ia memohon agar Sinta dapat memberinya air minum
karena ia sangat haus. Ketika Sinta mengulurkan air minum itulah Rahwana
menarik tangan Sinta dan langsung dibawanya terbang ke Elangka tempat
kerajaannya. Rama jatuh pingsan setelah kembali, Sinta telah menghilang dari
kemah. Di udara burung Jatayu melihat Sinta dibawa oleh Rahwana. Jatayu segera
menyerang Rahwana. Tapi ia terpukul bagian sayapnya oleh gada sakti Rahwana.
Rahwana dengan mudah mengalahkan Jatayu karena ia mempunyai sepuluh muka yang
dapat melihat segenap penjuru, selain mempunyai gada sakti. Untung saja Sinta
sempat melemparkan cincinnya kepada Jatayu. Cincin itu diberikan Jatayu kepada
Rama sebagai bukti tentang Sinta, setelah pada suatu ketika Rama sampai di
hutan tempat Jatayu jatuh. Jatayu-lah yang sempat memberitahukan hal Sinta,
sebelum ia menghembuskan napas terakhir.
Dengan pertolongan Kabanda, Rama dan Laksamana mendapat
petunjuk supaya minta bantuan kepada Sugriwa raja kera, untuk menaklukkan
Rahwana. Sugriwa mau membantu asalkan terlebih dahulu ia dibantu menaklukkan
saudaranya, Walin, yang memusuhinya. Hanoman, Panglima Raja Kera, menyusup ke
Alengka untuk mematai-matai Rahwana. Ia menyamar sebagai seekor kucing dan
berhasil masuk ke istana Rahwana menemui Dewi Sinta. Tahulah ia bahwa Sinta
tidak kekurangan sesuatu apa pun. Sinta sangat gembira berjumpa dengan Hanoman
yang juga menyampaikan berita tentang suaminya. Tapi sayang ketika akan pulang
ia tertangkap. Hanoman tidak jadi dibunuh setelah ia mengaku sebagai utusan.
Sebagai ganti hukumannya, dibakarlah ekornya dengan mengikatkan bahan-bahan
yang mudah terbakar. Dalam keadaan ekor terbakar Hanoman melompat-lompat dari
bangunan yang satu ke bangunan yang lain yang menimbulkan kebakaran besar di
Alengka. Senanglah hati Rama mendapat kabar dari Hanuman bahwa istrinya, Sinta,
tidak diganggu Rahwana.
Rama mulai menyusun penyerangan. Untung sekali ia mendapat
bantuan Wibisana, saudara Rahwana, yang menyalahkan perbuatan Rahwana melarikan
Sinta. Dengan panah Rama yang sakti, Rama menghadapi Rahwana.Dalam peperangan
itu Rahwana tewas dan Rama menang. Alenka diserahkan kepada Wibisana yang telah
membantunya. Akhirnya masa pembuangan 14 tahun selesai. Rama dan Sinta pulang
ke Ayodya dengan upacara yang diadakan secara besar-besaran
1. Sinopsis
Cerita Mahabrata
Secara garis besar, cerita Mahabarata bercerita mengenai
kehidupan Prabu Santanu atau Sentanu (Çantanu). Dia adalah seorang raja
keturunan keluarga Kuru yang menjadi raja kerajaan Barata. Dia mempunyai
permaisuri bernama Dewi Gangga, dan berputra Bisma.Isi epos Mahabarata secara
garis besar mengisahkan kehidupan Santanu (Çantanu) seorang raja yang perkasa
keturunan keluarga Kuru dan bertakhta di kerajaan Barata. Bersama permaisurinya
Dewi Gangga, mereka dikaruniai seorang putra bernama Bisma.
Pada suatu hari Çantanu jatuh cinta pada seorang anak raja
nelayan bernama Setyawati. Namun ayahanda Setyawati hanya mau memberikan
putrinya jika Çantanu kelak mau menobatkan anaknya dari Setyawati sebagai putra
mahkota pewaris takhta dan bukannya Bisma. Karena syarat yang berat ini Çantanu
terus bersedih. Melihat hal ini, Bisma yang tahu mengapa ayahnya demikian,
merelakan haknya atas takhta di Barata diserahkan kepada putra yang kelak lahir
dari Setyawati. Bahkan Bisma berjanji tidak akan menuntut itu kapan pun dan
berjanji tidak akan menikah agar kelak tidak mendapat anak untuk mewarisi
takhta Çantanu.
Perkawinan Çantanu dan Setyawati melahirkan dua orang putra
masing-masing Citranggada dan Wicitrawirya. Namun kedua putra ini meninggal
dalam pertempuran tanpa meninggalkan keturunan. Karena takut punahnya keturunan
raja, Setyawati memohon kepada Bisma agar menikah dengan dua mantan menantunya
yang ditinggal mati oleh Wicitrawirya, masing-masing Ambika dan Ambalika. Namun
permintaan ini ditolak Bisma mengingat sumpahnya untuk tidak menikah.
Akhirnya Setyawati meminta kepada Wiyasa, anaknya dari
perkawinan yang lain, untuk menikah dengan Ambika dan Ambalika. Perkawinan
dengan Ambika melahirkan Destarasta dan dengan Ambalika melahirkan Pandu. Destarasta
lalu menikah dengan Gandari dan melahirkan seratus orang anak, sedangkan Pandu
menikahi Kunti dan Madrim tapi tidak mendapat anak. Nanti ketika Kunti dan
Madrim kawin dengan dewa-dewa, Kunti melahirkan 3 orang anak masing dengan dewa
Darma lahirlah Yudistira, dengan dewa Bayu lahir Werkodara atau Bima dan dengan
dewa Indra lahirlah Arjuna. Sedangkan Madri yang menikah dengan dewa kembar
Aҫwin, lahir anak kembar bernama Nakula dan Sadewa.
Selanjutnya, keturunan-keturuan itu dibagi dua yakni
keturunan Destarasta disebut Kaum Kurawa sedangkan keturunan Pandu disebut kaum
Pandawa.Sebenarnya Destarasta berhak mewarisi takhta ayahnya, tapi karena ia
buta sejak lahir, maka takhta itu kemudian diberikan kepada Pandu. Hal ini pada
kemudian hari menjadi sumber bencana antara kaum Pandawa dan Kurawa dalam
memperebutkan takhta sampai berlarut-larut, hingga akhirnya pecah perang
dahsyat yang disebut Baratayuda yang berarti peperangan memperebutkan kerajaan
Barata.
Peperangan diawali dengan aksi judi dimana kaum Pandawa
kalah. Kekalahan ini menyebabkan mereka harus mengembara di hutan belantara
selama dua belas tahun. Setelah itu, pada tahun ke-13 sesuai perjanjian dengan
Kurawa, para Pandawa harus menyembunyikan diri di tempat tertentu. Namun para
Pandawa memutuskan untuk bersembunyi di istana raja Matsyapati. Pada tahun berikutnya,
para Pandawa keluar dari persembunyian dan memperlihatkan diri di muka umum
lalu menuntut hak mereka kepada Kurawa. Namun tuntutan mereka tidak dipenuhi
Kurawa hingga terjadi perang 18 hari yang menyebabkan lenyapnya kaum Kurawa.
Dengan demikian, kaum Pandawa dengan leluasa mengambil alih kekuasaan di
Barata.
BAB II
Kajian Teoritis
Kajian Teoritis
2.1. Teori Kepribadian Eyesenck
Hans Jurgen Eyesnck
A.
Pengukuran
Kepribadian
Teori Eyesenck memiliki komponen
psikometris dan biologis yang kuat
Didasari oleh spearman dan pavlov:
Spearman à
kepribadian dapat diukur dan diselidiki secara psikometrik.
Pavlop à
terdapat komponen biologis dari kepribadian.
Empat Kriteria untuk
mengidentifikasi kepribadian:
1. Adanya
fakta-fakta psikometrik untuk eksistensi faktor tersebut, faktor tersebut harus
reliable dan dapat direplikasi.
2. Faktor
tersebut harus memiliki heredity à
aspek keturunan
3. Faktor
tersebut harus masuk akal dari pandangan teoritis à
terdapat data-data yang secara logis konsisten dengan teori tersebut.
4. Faktor
tersebut harus mempunyai relevansi sosial à
memiliki hubungan dengan variable-variable yang relevan secara sosial, seperti
perilaku psikotik, kriminalitas dll.
B.
Hirarki
Pengukuran Kepribadian
1.
Tindakan
Spesifik atau Kognisi:
Perilaku atau pikiran individu yang
merupakan karakteristik atau bukan karakteristik individu. Misalnya, seorang
mahasiswa menyelesaikan tugas tepat waktu.
2.
Habbit
Tindakann kebiasan atau kognisi
kebiasaan = respon-respon yang berulang pada kondisi yang sama. Misalnya,
mahasiswa sering kerjakan apapun sampai selesai dan disiplin.
3.
Trait
Respon kebiasan yang saling
berhubungan.
4.
Type
Terdiri dari trait yang saling
berhubungan.
Per
1.
Dimensi
Kepribadian
a. Ekstraversion
(E) à
sociable, lively, Active, Assertive, Sensation Seeking, Careless, Domminant,
surgent.
b. Neurotichism
(N)à
anxious, depressive, guilty feeling, low self esteem, tense, irrational, shy,
moody.
c. Psychotichism (P)à
Agressive, cold, Egosentris, Impersonal, Impulsive, Anti social, Unemphatic,
Creative, Tough.
Ketiga
faktor à P E N à
Bipolar
-
Kutub Ekstraversion dan
Introversion
-
Faktor
Neurotichism dan kutub stabilitas
-
Faktor Psychotichism
dengan fungsi super ego
2. Pengukuran Superfaktor
Eyesenck mengembangkan empat
inventori kepribadian yang mengukur super faktor
a. The
maudsley Personality Inventory (MPI) à
mengukur E dan N
b. Eyesenck
Personality Inventory (EPI) à
mengukur extraversion dan neurotichism secara independen EPI mempunyai skala
kebohongan/ lie scale untuk mendeteksi jawaban Faking.
c. Eyesenck
personality Quistionare (EPQ)
2.2. Metode Pengumpulan
Data
a.
Jenis
data
a.1. Data Primer
Merupakan
data yang didapat langsung dari subjek yang bersangkutan dengan cara wawancara,
observasi dan sebagainya, peneliti berkontak langsung dengan populasi.
a.2. Data Sekunder
Merupakan
dara yang tidak didapat secara langsung dari subjek yang bersangkutan dengan
artian peneliti tidak kontak secara langsung dengan populasi. Data seperti ini
peneliti dapatkan melalui dokumen-dokumen atau study kasus berdasarkan
literatur terdahulu.
Untuk
membuktikan relevansi teori terhadap kearifan lokal wayang kali ini penulis
melakukan study kasus dengan tipe data sekunder.
BAB III
Analisis Tokoh
Analisis Tokoh
3.1. Cerita Mahabarata
3.1.a. Tokoh Bima
Bima
atau Bima Sena diceritakan sebagai tokoh protagonis dalam wiracarita
Mahabarata. Bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun
sebenarnya berhati lembut. Bima setia pada satu sikap yaitu tidak suka
berbasa-basi dan tidak bersikap mendua. merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu
sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang,
tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya.
Bagaimana
Eyesenck menjawab kepribadian Bima?
Eyesenck (Feist & Feist, 2010)
mengatakan bahwa manusia memiliki komponen biologis dalam wujud trait yang
kutubnya saling berlawanan dan bipolar dimana intensitas tiap kutub ini lah
yang akan membedakan kepribadian yang satu dengan yang lainnya. Bima yang
diceritakan kasar dan menakutkan saat peperangan namun juga memiliki hati yang
lembut dapat dijelaskan oleh kutub Psychotichism dan Fungsi super Ego. Dimana
bima juga memiliki sifat kasar namun sifat kasarnya ini hanya pada musuh
sejalan dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh eyesenck dimana ketika individu
memiliki kutub P tinggi dia akan tangguh, agresif, dingin dan impulsif. Kutub P
yang tinggi ini dapat menjadi indikasi bagi gangguan psikologis ketika individu
memiliki P tinggi dan N tinggi Individu tersebut mungkin mengalami gangguan
psikologis. Namun untungnya kepribadian Bima dengan P tinggi ini yang setiap
kutub nya bersifat bipolar dapat diimbangi dengan kutub lawannya yaitu super
ego. Dimana P bima ini diimbangi dengan Fungsi yang super ego yang menceritakan
Bima sebagai tokoh yang siap membantu dan memiliki empati terhadap keadaan
sekitar. Fungsi super ego pada Bima adalah altruisme dan Empati. Hanya saja
Intensitasnya ada yang lebih besar dan lebih kecil terkadang.
Anilisis kepribadian Bima ini
dilakukan dari beberapa hierarki pengukuran kepribadian. Bima dikatakan pada
kutub P karena diceritakan bahwa Bima
memiliki kebiasaan untuk tetap pada pilihannya , selalu siap ketika menghadapi
musuh. Menjai suatu habbit dimana bima sebagai tokoh yang ditakuti lalu muncul
lah trait-trait bima yang mencirikannya menjadi seorang pahlawan hingga kepada
type nya seorang kesatria.
3.1.b Druyodana
Tokoh
antagonis utama dalam cerita Mahabarata, merupakan musuh terbesar pandawa dan
dikalahkan oleh bima dalam perang mahabarata. Disebut dalam cerita merupakan
inkarnasi dari iblis kali. Lahir dari pasangan Dretarastra dan Gandari. Tokoh
korawa yang diceritakan sangat licik dan kejam namun berwatak jujur dan
terbiasa dimanja orang tuanya. Sejak memiliki masalah sengketa tahta Druyodana
menceritakan permasalahannya sekaligus meminta saran pada pamannya sangkuni
yang diceritakan licik dan berlidah tajam. Druyodana pun menceritakan kendala
nya pada Ibunya saat ingin menghadapi Pandawa yang selalu membuatnya iri dan
hatinya jengkel namun selalu gagal karena perlindungan krisna dan puncaknya
saat kemarahannya pada dropadi sampai diberikan kekuatan oleh ibunya , namun
kalah saat menghadapi Bima pada Barathayudha.
Karakter
druyodana dikatakan memiliki P lebih tinggi dari pada kutub lawannya yaitu
super ego, diperlihatkan dari sifat-sifatnya yang selalu iri selalu kejam saat
irinya memuncak dan merencanakan balas dendam dengan hasutan dan cara-cara
licik dari sangkuni. Selain P tinggi sangkuni juga memiliki tingkat N tinggi
ditunjukan dari self esteem nya yang rendah dan meminta pada ibunya untuk
memberikan kekuatan padanya agar dia tidak terkalahkan oleh musuh-musuhnya.
Kecemasannya dengan kekalahan karena mengetahui lawan yang tangguh mendorong
Druyodana untuk meminta kekuatannya pada ibunya namun sayangnya kekuatan itu
harus tidak berlaku pada area bawah perutnya. Jika druyodana tidak memiliki N
tinggi maka dia akan yakin pada kemampuannya menghadapi Bima. Dryodana pun
memiliki I tinggi terlihat dari bagaimana dia hanya menceritakan
permasalahannya hanya pada ibu dan pamannya Sangkuni.
3.1.c. Arjuna
Arjuna
diceritakan bsebagai teman dekat Kresna merupakan penjelmaan dewa wisnu. Arti
kata Arjuna sendiri adalah Bersinar terang , putih dan bersih. Dalam menjalani
masa penyamaran dia berperan menjadi beberapa tokoh (tercatat dalam kitab
warataparwa). Dia seseorang yang memiliki keahlian memanah sejak kecil oleh
karena itu selalu digambarkan dalam beberapa gambar sebagai kesatria dengan
panah. Cerdik dan suka menolong diperlihatkannya saat ceritanya menolong
gurunya Drona saat hendak menggigit gurunya.
Tokoh
Arjuna dijelaskan dengan teori Eyesenck memiliki tingkat Super Ego yang
tinggi ditujukan dengan kecenderungannya
pada altruisme yang diperlihatkannya saat menolong gurunya dan bima dalam
peperangan. Dan tingkat E yang tinggi dimana ciri-ciri E adalah sociable, lively, Active, Assertive,
Sensation Seeking, Domminant, surgent.
3.2. Ramayana
3.2.a. Rama
Rama diceritakan sebagai seseorang
bermoral tinggi, seseorang yang sangat memegang janjinya seperti ayahnya
Dasarata. Peperangan yang terdapat dalam cerita Ramayana tercermin dalam tokoh
utama Rama yang sangat pemberani dan siap memerangi kejahatan yang disimbolkan
oleh tokoh Rahwana terutama saat penculikan pada Sinta. Sikap pemberani pun
dimiliki Rama dengan Tekadnya untuk melawan Rahwana dan menyelamatkan Sinta.
Rama memiliki tipe E tinggi dan Berada
Pada fungsi super Ego ditujukan dari kegigihannya untuk terus berusaha melawan
Rahwana Yang kejam saat Itu, Eyesenck mengatakan jika seseorang berada dalam
fungsi ini maka dia akan memiliki empati tinggi dan altruisme (Feist &
Feist, 2010). Tokoh rama pun diceritakan sangat setia pada wanita dan
berkomitmen tinggi yang nantinya akan menjadi dasar kegigihannya untuk melawan
Rahwana yang jahat.
3.2.b.
Rahwana
Tokoh rahwana diceritakan jahat dan licik
bahkan dia menculik Sinta. Licik dan cerdik ditunjukannya dengan berbagai macam
cara yang dia lakukan untuk menculik Sinta dari menyamar dan cara-cara lainnya.
Berdasarkan cerita yang dipaparkan dalam
sinopsis Rahwana termasuk pada kutub tipe P tinggi dan fungsi super ego rendah.
Sifatnya yang licik dan jahat mendorongnya untuk jahat dan tidak berempati
terhadap kesedihan Rama saat ditinggalkan Sinta bahkan jatuh pingsan. Rahwana
juga memiliki ciri lain yaitu kreatif dalam melakukan usaha jahatnya dimana
dikatakan ketika seseorang memiliki P tinggi dia akan terlihat kreatif dalam
melakukan upaya-nya.
BAB IV
Kesimpulan & Diskusi
Kesimpulan
dari pembahasan kali ini tentang pembahasan teori barat dan relevansinya pada
cerita kearifan lokal ini adalah beberapa teori relevan untuk menjelaskan
cerita ini tergantung dari tujuan dari diagnosis sendiri. Untuk menjelaskan
gangguan kah atau untuk sekedar mengklasifikasikan kepribadian atau untuk
mengetahui penyebab kepribadian itu muncul.
Terfokus
pada salah satu ilmu pengetahuan saja sama dengan kita menutup kesempatan untuk
pengetahuan kita tidak berkembang semestinya. Beberapa teori bisa jelaskan
beberapa bagian dari manusia yang kompleks namun tidak ada teori yang
benar-benar komprehensif. Seperti permasalahan wayang ini ketika pertanyaanya
adalah gambaran tokoh berdasarkan tipe kepribadian maka trait theory tepat
untuk jelaskan namun trait theory ini relevan apabila ada tingkah laku yang
terlihat dari cerita atau individu yang ingin diketahui. Masalah mana yang
lebih valid tentulah keseluruhan orang akan jawab barat lebih valid karena
berdasarkan penelitian, namun ternyata sebelum itu berkembang kita sudah
memiliki kearifan lokal. Tidak jarang prodak manusia licik di masa kini adalah
gambaran para wayang di masa lalu, yang terpenting adalah mau mengembangkan
kearifan lokal dan merelevansikan degan teori nya melalui analisis ketajaman kita
pada pengetahuan dan menegakan diagnosis.
a.
Diskusi
Studi
kasus ini dibuat untuk melatih kemampuan diagnosis kita terutama dalam hal
menguji relevansi teori yang berkembang di perkembangan ilmu pengetahuan dalam
bidang psikologi. sebagai seorang psikolog yang bermain dengan ilmu pengetahuan
haruslah memiliki pengetahuan yang komprehensif terhadap bidang ilmu yang
diminati. Dengan tidak serta merta menerima ilmu pengetahuan yang sudah besar
dan berkembang lalu tidak mau mengembangkan. Individu ini bergerak megikuti
jaman yang ter –Upgrade oleh karena itu kadang-kadang ilmu pengetahuan dalaam
teori kurang relevan untuk dijelaskan saat ini. Berdasarkan study kasus diatas
diharapkan para civitas ilmu psikologi dapat menajamkan kembali kemampuan untuk
diagnostik dan pengetahuan akan teori secara eklektik, karena satu teori saja
tidak cukup dan benar-benar komprehensif untuk menjelaskan satu kasus yang juga
kompleks. Selain itu sebagai bagian dari dunia dengan sejarah kearifan lokal
yang tertulis sebagai seorang psikolog harus menanamkan beberapa relevansi
nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA
Feist &
Feist. (2010). Theories of Personality. (7th ed). Avenue Americas; New York
Tidak ada komentar:
Posting Komentar