Rabu, 23 Juli 2014

Keluhan Kami. Janji Kami? Pemuda.

"Lir-ilir !"



Bangkit dan bangun-lah sebelum nusantara di bumi hanguskan oleh para penghisap…

Nusantara itu indah, dulu.
Keindahannya membuat semua manusia terlena, membuai diri dengan keserakahannya pada kekayaan alam nusantara-KU! Kemudian satu orang berpikir bahwa negeriku tidak akan habis dimakan oleh keserakahan-Nya. Itu baru satu, sayangnya sekarang banyak dan bukan hanya satu yang memikirkan hal yang sama.

Sama bukan untuk keselarasan, tapi sama untuk sebuah kehancuran. Semua tak sadar karena ini perlahan. Belum semua berteriak karena hanya kami-kami yang setiap harinya makan dengan tahu dan tempe-lah yang tahu rasanya kelaparan. Tidak semua karena hanya kami-kami ini lah yang tidak sanggup bayar biaya rumah sakit yang akhirnya harus rela meregang nyawa dalam gubuk indah penuh penderitaan kami.

Rakyat. Yang punya hak untuk bersuara dibuat bisu dengan kecanggihan gadget-nya.
Berita tentang perkembangan Negara pun tak banyak yang tahu. (berdecak) .. karena memang semua kebusukan mereka hanya tuhan dan mereka pembuat kebusukan itu lah yang tahu.
Mereka-merka ini yang ku maksud adalah para petinggi yang menuhankan kepentingannya dan menjauhkkan KAMI dari rasa cinta KAMI pada bangsa yang memang milik KAMI.
Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah konsepsi kami tapi praktiknya selalu sedikit biadab. Maap bukan berlebihan, tapi hanya memberikan uang pada rakyat tanpa menunjukkan bagaimana cara mendapatkannya hanya akan membuat mereka menjadi generasi yang terus “meminta” ketika kelaparan.
Tuhan dengan sempurna menciptakan kita akal dan pikiran untuk keluar dari permasalahan, tapi kenapa manusia ber-Jas itu menduduki nya dengan berbagai pemberian yang membuat mereka berhenti pada budaya “Meminta”, bukan berusaha mendapatkan.

Negara yang dibentuk dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa malah dibuat untuk membodohi kami-kami ini yang tidak memakai Jas dan mobil mewah seperti anda?

Negara yang dibuat dengan tujuan menciptakan perdamaian dunia tapi mengapa justru jadi Negara yang paling diam saat salah satu penghisap melumpuhkan dan mengakhiri kesempatan manusia untuk hidup dengan serangan rudal-nya?

Apa sebenarnya yang terjadi pada Negara ini, kami seolah-olah dibuat muak dengan politik oleh pemberitaan media mengenai kasus wakil rakyat korupsi, atau pemberitaan media mengenai perang kekuasaan tertinggi yang keduanya sama-sama ingin menduduki.

Aku sebagai sebagian kecil dari kehidupan Negara ini merasa iba. Terlebih pada diriku sendiri. Mengapa aku harus jadi bagian dari yang menduduki ideology, nilai, dan konstitusi sendiri?

Kematian karena kelaparan. Kematian karena tidak mampu membeli obat. Kematian karena perang yang ditengahi kepentingan. Kematian karena merasa tidak mampu melihat ketidak adilan. Setan yang paling mengerikan yang diciptakan oleh para TIRANI ber-lebel  gelar tanpa Integritas.
Aku tidak bisa diam menghadapi apa yang aku lihat. Aku tidak bisa tinggal menduduki kepalaku sendiri dan merasa aman karena bukan aku yang kelaparan atau bukan aku yang ditolak rumah sakit karena tidak punya uang.
Aku merasa aku bagian dari negeri ini. Indonesia-Ku dengan sejuta sejarah, nilai, budaya, kekayaan dan pederitaan orang-orang terdahulunya. Aku berhak atas Negara-KU tapi tidak atas ketidak jujurannya.

Merubah itu bukan hal yang sulit. Karena aku memulainya dengan merubah diri-Ku. Besar harapanku perubahan diri-ku yang lebih baik akan merubah teman-teman disekitar-KU, mereka akan merubah satu orang lainnya sama seperti saat mereka berubah karena melihat-Ku.

Negara ini milik kita. Apapun yang terjadi ketika Negara ini ada maka tanggung jawab, hak nya atas kekayaan alam dan kewajiban untuk menjaga-nya adalah milik kita. Jika kita hanya menuntut hak saat perut kita kelaparan maka apa bedanya kita dengan para penghisap? Bedanya mereka pakai jas kita pakai baju kusam.

Bangkitkan dulu monster dalam diri kita. Jika sudah bangkit satukan semangat kita dalam nasionalisme , konsepsi pancasila, dan Merah dan Putih. Luluh lantahkan apapun itu yang memang seharusnya di hancurkan. Bukan di bunuh melainkan dihilangkan. Bukan di binasakan melainkan kita yang menegakkan diri sama seperti mereka.
Keadilan , kemanusiaan, ketuhanan, persatuan, kebangsaan, berdiri di kaki sendiri. Tujuan kita untuk sama-sama bangkit dari keterpurukan moral.

LIR – ILIR!

"Ditulis oleh: Jhaihan Farah Nabila" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar