Kamis, 01 Mei 2014

Diskusi Ulasan Pembahasa Psikodiagnostik I sebelum UTS

Ulasan Pembelajaran PSIKODIAGNOSTIK I (sebelum UTS)


Perbedaan Konsep Attitude dan Aptitude dalam kajian Psikodiagnostik I
A.      Aptitude
Aptitude dalam adolescene (2003) dijelaskan dengan kemampuan khusus yang dimiliki seseorang atau kemampuan tertentu untuk memahami keterampilan tertentu dan menghasilkan sesuatu dari keterampilan itu. Aptitude sering disebut keberbakatan ada yang sifatnya universal atau mengindikasikan kemampuan yang kita sebut Intelegensi , dan ada yang mmenggambarkan tentang minat atau interest merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih sesuatu aktivitas.

1.       Intelegensi
Sejarah Intelegensi , pada tahun 500 SM intelegensi ini sudah digunakan untuk mengetahui mana yang boleh jadi pemerintah dan sipil pada masa dinasti han dan mana yang tidak \Pengertian intelegensi ini tidak bisa terpisahkan dari perkembangan aliran dalam psiklogi. Intelegensi merupakan salah satu konsep dan elemen penyusun dari jiwa, oleh karena itu kita terlebih dahulu harus melihat perkembangan bagaimana para ahli menjelaskan tentang konsep jiwa terlebih konsep intelegensi penyusun dari jiwa.

Wilhelm wundt dalam Sarwono Sarlito (2012) menjelaskan tentang konsep strukturalisme dalam menjelaskan manusia, dimana dia berpendapat bahwa untuk jelaskan manusia cukup menjelaskan struktur elemen dari penyusun jiwa nya, seperti halnya intelegensi kita hanya perlu jelaskan struktur dari intelegensi artinya konsep intelegensi disini dijelaskan secara general atau secara umum. Wundt adalah bapak psikologi yang membuat ilmu psikologi sebagai disiplin ilmu yanng empiris dengan mendirikan laboratorium pertama di LEIPZIG.




Setelah Wundt muncul kritik dari EL Thorndike yang berpendapat bahwasanya lebih penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi dari elemen penyusun jiwa, fungsi-fungsi dari elemen penyusun jiwa ini dianggap bisa menjelaskan manusia secara keseluruhan, dan struktur tidak penting. Pendapat thorndike ini kelak akan mendasari tokoh-tokoh yang menjelaskan konsep intelegensi secara fungsionalis, dimana intelegensi seseorang dapat dijelaskan dengan membagi intelegensi jadi beberapa elemen penyusun dan menjelaskan masing-masing fungsi elemen penyusun intelegensi tersebut dimana setiap fungsi dari intelegensi tersebut punya implementasi untuk menggambarkan intelegensi seseorang.
Beberapa Tokoh Strukturalisme dalam Intelegensi

1.       Spearman:
Dalam Adolescne (2003) menjelaskan konsep intelegensi menjadi G factor dan S factor dimana G factor adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang dan S factor yaitu kemampuan khusus dan paling dominan yang dimiliki seseorang, kenapa spearman dikatakan sebagai tokoh strukturalis dalam jelaskan intelegensi? Karena dia hanya menjelaskan bahwa penyusun intelegensi ada dua yaitu G factor dan S factor dia tidak membagi-bagi intelegensi kedalam beberapa faktor lagi. Dan menjelaskan konsep intelegensi secara universal atau umum.  Intelegensi hanya dijelaskan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang.

2.       Cattel
Dalam Kaplan () cattel hanya membagi intelegensi kedalam dua struktur yaitu fluid inteligence (kemampuan bawaan seseorang sejak lahir)dan crystalize inteligence (kemampuan yang dihasilkan seseorang/ yang didapatkan seseorang karena proses pembelajaran). Cattel juga tidak membbaggi intelegensi menjadi elemen-elemen kecil penyusun intelegensi , cattel menjelaskan intelegensi secara umum, bahwa seseorang memiliki fluid inteligent dan crystalize inteligent. Tes yang dihasilkan cattel adalah C-FIT.

3.       Ravent (1945)
Mengukur intelegensi secara umum.
Tes ravent : colour progresive matrix dan standar progresive matrix.













Beberapa Tokoh Fungsionalisme tentang Intelegensi

1.       EL Thorndike
Membagi intelegensi menjadi intelegensi verbal, non verbal,

2.       Stenberg
Stenberg (1985) dalam Adolescene (2003) mengemukakan tentang teori Thriarcic dalam menjelaskan intelegensi.

Teori thriarcic Stenberg , mengajukan teori thriarcic , teori intelegensi dengan tiga komponen utama diantaranya; intlegensi komponensial, intelegensi eksperimental, intlegensi kotekstual. Semua ini dikatakan untuk mengkritik tes intelegensi tradisional milik binet bayangkan apabila seseorang memiliki skor tinggi pada tes intelegensi tradisional stamford-binet padahal dia adalah pemikir analitis handal, atau  tod yang tidak pernah mencapai skor bagus tapi punya cara pikir kreatif.



Dalam pandangan stenberg mengenai intelegensi komponensial à unit dasar intelegensi adalah suatu komponen ang didefinisikan sebagai unit dasar pemrosesan informasi, dari menerima, menyusun sampai  membuat keputusan. Melakukan penalaran , memecahkan masalah, membuat strategi sampai menerjemahkannya melalui tindakan.
Bagian kedua merupakan aspek pengalaman, stanberg berkata orang yang cerdas mampu menyelesaikan masalah baru dengan cepat tapi dia juga bisa memecahkan masalah yang sudah dikenalnya secara otomatis tidak perlu berpikir lagi.

Bagian tiga, meliputi pengetahuan meliputi bagaimana cara kita menghadapi masalah sehari-hari contohnya cara menggati batu batre dan cara kita berhubungan dengan orang lain.


3.       Thurstone
Thurstone (1938) dalam Adolscene (2003 )mengatakan bahwa intelegensi merupakan tujuh kemampuan mental dasar yaitu pemahaman verbal, kemampuan berhitung, kelancaran kata-kata, visualisasi ruang, ingatan asosiatif, penalaran, dan kecepatan perseptual.








4.       Gardner
Mengemukakan konsep Multiple Inteligent
Usaha terakhir untuk menjawab tentang intelegensi adalah pernyataan dari Howard Gardner (1983-1989) dalam Adolscene (2003). Disebutnya delapan kerangka pemikiran Gardner, intelegensi yang beragam ceritanya tentang seorang anak yang jago bermain basket dimana setla me rebound bola dia melempar bola, menghalangi musuhnya, memberi umpan kepada temannya untuk melakukan tembakan ke ring basket, menurutnya itu adalah kecakapan spasial kemampuan memahami ruang, dan bethoven seorang musisi klasik disebutnya memiliki intelegensi musikal (dalam Adolscene,2003). Garner menambahkan intelegensi terdiri dari intelegensi verbal, matematis, berfikir mendalam/ menganalisa dirinya serta keterampilan berpikir untuk menganalisa orang lain.
Gardner pun menambahkan bahwa ke-8 intelegensi nya ini dapat dirusak oleh otak dan bisa jadi pada salah satu intelegensi seseorang bisa sangat ekstrim contohnya pada anak gifted. Kedelapan intelegensi gardner adalah: musik, spasial, interpersonal, natural, mathematic, music, rational, kinestetik.

5.       Guilford (1934)
Didasari oleh teori analsis faktor dari eyesenk menjelaskan intelegensi sebagai kemampuan untuk menjawab pertanyaan di situasi saat ini dan semua situasi masa lalu untuk antisipasi di masa yang akan datang.
Mengemukakan tentang kubus intelegensi

6.       Simon & Binnet dalam adolescne (2003) menjelaskan intelegensi sebagai berikut:

Intelegensi :
MA/CA* 100 =   Intelegensi seseorang

Mental Age (MA)    : adalah usia mental seseorang yang menggambarkan kemampuan mental seseorang, cronological age (CA)  adalah usia kronologis seseorang saat ini.

MA ≤ 100 maka Intelegensi seseorang ≤100
MA ≥ 100 maka Intelegensi seseorang ≥100
MA=100 maka intelegensi seseorang = 100

Tes yang dihasilkan adalah : tes Simon - Binnet
Nantinya diperbaiki menjadi tes Stamford- Binnet.



7.       Kraeplin dalam adolescene (2003)mengemukakan intelegensi sebagai koordinasi motorik, asosiasi kata, persepsi, dan sensasi
Tes intelegensi : Kraeplin.

B. Attitude

Cattel  dalam feist and feist  (2010)  mendefinisikan Attitude sebagai kecenderungan seseorang dalam bertingkah laku dalam merespon stimulus tertentu . cattel mengemukakan tentang Generall Personality Trait ,secara umum yang terdiri dari :
1.       Tepramen didefinisikan sebagai trait yang berhubungan langsung dengan aspek konstitusional dari respon seperti kecepatan, energi, dan reaktivitas emosional.
2.       Dynamic Trait : Sifat-sifat yang berfungsi menggerakan individu untuk bergerak mencapai tujuan tertentu.
Dynamic Trait dibagi menjadi : Attitude , Ergs(dorongan-dorongan/ motif-motif yang dibawa oleh individu sejak lahir), dan sems ( dynamic trait yang diperoleh/dipelajari).

3.       Ability Trait: sifat-sifat yang menentukan keefektifan individu dalam mencapai tujuan.

Cattel menjelaskan konsep attitude dalam penjelasan tentang personality dimana dia memandang kepribadian individu sebagi trait yang terdiferensiasi dan kompleks yang kebanyakan dimodifikasi oleh trait yang diamis. Jadi dia menjelaskan kenapa individu berbeda karena individu memiliki trait yang dinamis (dalam Feist & Feist,2010 )
Cattel sendiri dalam feist&feist (2010) mendefinisikan trait sebagai “struktur mental” merupakan suatu penyimpulan terhadap tingkah laku yang diobservasi yang menjelaskan tentang konsistensi dan keteraturan dari tingkah laku tersebut.

Jadi perbedaan konsep attitude dan aptitude mengacu pada area pembahasannya, jika membicarakan mengenai kemampuan maka aptitude lah konsep yang menjelaskan sedangkan attitude lebih menjelaskan konsep kepribadian atau erat kaitannya dengan konsep kepribadian.


Referensi :

Santrock, J. W (2003). Adolescene (6th ed).Jakarta; Penerbit Erlangga. 
Feist & Feist. (2010). Theories of Personality. (7th ed). Avenue Americas; New York
Rita L. Atkinson & Richard C. Atkinson & Ernest R Hilgard. 2001. Pengantar Psikologi 1. (edisi ke-8 Jilid 2). Penerbit Erlangga; Jakarta.
Sarwono, W. S.  2012. Pengantar Psikologi Umum. (cetakan ke-4): PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta



-TERIMAKASIH-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar