“KEMAMPUAN
MENTAL? Di ‘tes’ juga toh ?”
Setelah kita mengetahui mengenai fokus dari tes psikologi dan
bagaimana pendistribusian tes itu kepada populasi. Kita mempunyai satu masalah
lagi mengenai fokus tes psikolog sendiri kemana? Tinjau kembali dari pengertian
psychology à “psyche” jiwa dan “logos”
ilmu , yang sebelumnya sempat dijelaskan pada posting komentar psikologi dan
psikodeiferensial dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa
yang dijelaskan melalui tingkah laku.
Komponen psyche sendiri bermacam-macam, dalam satu individu terjadi
banyak proses yang menjadikan individu tersebut dapat dilihat secara utuh,
yakni ada kemampuan mental (jiwa) dan kepribadian. Kemampuan mental (jiwa) dan
kepribadian ini yang menjadi dua konsern penting salah satu metode analisis
individu yaitu tes psikologi. Saya berasumsi bahwa kedua tes ini tidak dapat
digunakan hanya salah satu saja jika ingin jelaskan manusia secara keseluruhan
selaras dengan yang dikatakan pada prisip gestalt dalam Sarwono Sarlito () yang
mengatakan bahwa manusia tidak bisa dilihat hanya per elemennya saja, maksudnya
apa? Artinya ketika kita hendak terjemahkan aspek manusia secara keseluruhan
menjadi satu kesimpulan yang umum yang dilakukan bukan hanya mempelajari
tingkah laku terlihat seperti pada behavioris, atau kita pelajari proses mental
saja seperti orang-orang psikoanalisis melainkan keseluruhan aspek individu
sehingga membisa membentuk individu yang utuh yang sekarang ini menjadi subjek
dari alat tes kita.
Baik untuk posting sesi ini mari kita bahas satu isu pendukung
keberadaan manusia yakni kemampuan mental. Apa itu ?
Pengertian Kemampuan
Kemampuan biasa disebut ability adalah kapasitas seseorang dalam
melakukan beragam tugas dalam satu pekerjaan. Kemampuan pada dasarnya terbagi
kedalam kemampuan mental dan fisik , dalam Robin (2007).
Kemampuan mental terdiri atas kemampuan intelektual kemampuan
inntelektual ini ada yang bersifat universal atau disebut intelegensi nantinya
ada tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan secara umum dan ada yang
bersifat khusus hanya dimiliki individu tertentu yang nantinya mnghasilkan tes
bakat (tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan spesifik dari individu).
Kemampuan intelektual dalam Robins (2007) adalah kemampuan yang
dibutuhkan untuk berbaagai aktivitas mental seperti berfikir , menalar, dan memecahkan
masalah. Individu yang memperoleh skor tinggi pada tes kemampuan intelektual
ini dipengaruhi oleh beberapa alasan contohnya yang dipengaruhi lingkungan
karena tingkat pendidikannya, dan faktor genetis. Individu yang memiliki skor
rendah pada tes kemampuan mental pun memiliki faktor-faktor penyebab. Seperti
dijelaskan pada posting sebelumnya bahwa tes kemampuan mental ini awalnya
digunakan untuk mendiagnosa yang mengalami kelainan mental.
Namun seiring berkembangnya ilmu pengetahuan yang melahikan
pemikiran-pemikiran dan dialektika baru tes kemampuan mental ini dapat
digunakan untuk keperluan lain selain diagnosa, contohnya tes recruitment
perusahaan dibuat untuk meramalkan individu saat ini dan kedepannya dan tes-tes
lainnya.
Beberapa pandangan tentang intelegensi yang dikemukakan beberapa
ahli yang disampaikan pada posting
sebelumnya :
Spearman
mengakatan Bahwa seseorang memiliki intelegensi umum (g factor) dan
intelegensi khusus (i factor dari kata spesifik). Spearman meyakini bahwa kedua
faktor ini lah yang mempengaruhi intelegensi seseorang. Namun kebanyakan tes
intelegensi mengabaikan faktor umum dan hanya berfokus pada faktor khusus nya
saja. Oleh karena itu thurstone (1938) dalam adolscene (2003) mengemukakan
mengenai teori faktor ganda yang mengemukakan bahwa intelegensi adalah 7
kemampuan mental dasar yang terdiri atas pemahaman verbal, kemampuan berhitung,
kelancaran kata-kata , visualisasi ruang, ingatan asosiatif, penalaran dan
kecepatan perseptual. RJ Stenberg (1986, 1990) dalam adolscene (2003)
mengatakan teori yang berbeda mengenai intelegensi teorinya adalah Thriarchic
theory yang mengatakan tentang tiga komponen utama penyusun intelegensi yaitu
intelegensi komponensial, intelegensi eksperiensial, dan intelegensi
kontekstual.
Bagaimana pandangan Gardner tentang intelegensi yang dijelaskan
dalam posting sebelumnya yaitu Disebutnya tujuh kerangka pemikiran Gardner,
intelegensi yang beragam ceritanya tentang seorang anak yang jago bermain
basket dimana setla me rebound bola dia melempar bola, menghalangi musuhnya,
memberi umpan kepada temannya untuk melakukan tembakan ke ring basket,
menurutnya itu adalah kecakapan spasial kemampuan memahami ruang, dan bethoven
seorang musisi klasik disebutnya memiliki intelegensi musikal (dalam Adolscene,2003).
Garner menambahkan intelegensi terdiri dari intelegensi verbal, matematis,
berfikir mendalam/ menganalisa dirinya serta keterampilan berpikir untuk
menganalisa orang lain.
Gardner pun menambahkan bahwa ke-7 intelegensi nya ini dapat dirusak
oleh otak dan bisa jadi pada salah satu intelegensi seseorang bisa sangat
ekstrim contohnya pada anak gifted.
Kenapa penting bahas kembali teori ? karena menurut saya ini lah
modal awal yang psikolog harus punya , kalau dia memang mau jadi psikolog ya
harus begitu, selain melakukan aplikasi yah harus tau logos nya juga, logos
artinya apa ? ILMU. Sebenarnya bisa saja tinggal hafal kalau tes intelegensi
dan kemampuan intelektual itu bisa pake SAT, bisa Pake Weschler, atau Kraeplin,
tapi ya nantinya bisa pake saja nda bisa bikin. Seperti dalam tahap
pengembangan penelitian ilmiah yang perlu dilakukan adalah mengembalikan kepada
teori, terkait itu mas setta pernah bilang bahwa penting sekali psikolog
mempunya aliran sendiri, bagi mba-mba freudian silahkan baca bukunya freud yang
untuk skinnerian silahkan pahami konsep skinner supaya bisa tentukan Assasement
yang tepat.
Beberapa
Tes Kemampuan Mental yang Sudah dikembangkan
1.
Tes
Intelegensi
a.
Weschler
Test
Tes Weschler yang terbagi dalam
dua yaitu WAIS dan WIST à tes WAIS-T (Weschler Adult
Intelligence scale-Revised) atau tes intelegensi untuk remaja dan orang dewas,
dan WISC-R (Weschler Intelligence Test for Chlidren- revised) ditujukan untuk
anak usia 6 – 16 tahun (Weschler;1981 dalam adolscene, 2003). WAIS dan WIST
memberikan skor keseluruhan atau Full Scale maupun skor-skor indeks spesifik
yang dapat diukur dengan berbagai kombinasi sub tes.
Beberapa kontroversi sempat lahir
pada saat pengembangan tes intelegensi berkisar mengenai tuduhan pelabelan
individu tuduhan pembelaan individu dan bias kultural, Bartolomewv (2006) dalam
Gorth Marnat (2007). Salah satu kelebihan tes intelegensi adalah sebegai
prediktor perilaku dan kemampuan mental dimasa mendatang. Seperti yang
dilakukan Binnet saat menempatkan anak yang harus sekolah ke sekolah khusus dan
sekolah umum. Kelebihan dari tes Weschler ini adalah memebrikan info akurat
tentang kelemahan kognitif seseorang. Selain karena Wescler ini memang tes
individual dimana tes yang hanya difokuskan untuk individu saja yang
kelebihannya adalah memberikan konteks terstruktur kepada examiner yang dapat
menggunakan berbagai tugas untuk observasi unik dan personal yang digunakan
examiner dalam mendekati tugas-tugas kognitif.
Organisasi sub-tes WAIS IV
-
Verbal Comprehension à Subtes inti : Similarities, vocabulary,
Information
àSubtes Suplemental :
Comprehension
-
Perceptual Reasoning à Subtes Inti :
Block Design , Matrix Reasoning, Visual Puzzle.
è
Subtes Suplemental : Figure
Weights, Picture Completion
-
Working Memory à Subtes Inti :
Digit Span, Arithmetic
è
Subtes Suplental :
Litter Number Sequencing
-
Pocessing Speed àSubtes Inti :
Symbol Search, Coding
è
Subtes Suplemental :Cancellation
Skala
Ingatan Weschler (Weschler Memory Scale)
Skala ingatan yang
diadministrasikan secara individual, dirancang untuk memungkinkan pemakainya
lebih memahami individu. Keempat devinisi tentang skala ingatan weschler ini
menunjukan kemajuan di bidang pemahaman teoritis tentang ingatan. Weschler
Memoric Scale yang asli merefleksikan konseptualisasi non spesifik awal tentang
ingatan, Weschler; 1945 dalam GorthMarnat
(2009). Skala ini terdiri atas prosedur pendek tentang ingatan untuk
urutan angka, mengingat cerita desain visual sederhana, dan pemasangan kata. Prosedur-prosedur
awal WMS dapat dibagi secara logis menjadi tugas visual spasial, dan auditorik
tapi dalam peng skoran keseluruhan adalah memory quotient seperti pada skor
akhir tes IQ. Sub tes ini adalah Auditory memory (Logical memory, Verbal paired
Acosiates), Immadiate memory, Delayed Memory, Visual Memory.
Berikut pemaparan diatas adalah
mengenai pengukuran dan alat ukur kemampuan mental yang termasuk dalam
kemampuan intelektual.
2.
Cognitive Ability tes à untuk pengukuran assesment
kognitif menghasilkan sub skor verbal, kuantitatif dan non verbal. Cogat sering
digunakan dalam tes bakat.
3. Summary
of K-12 Group
SAT
dan MAT untuk pengukuran prestasi.
4. Kraeplin
Test atau Pauli
Dikembangkan
oleh psikolog bernama Emil Kraeplin. Kraeplin pada mula-nya menciptakan alat
tes yang digunakan sebagai alat tes untuk diagnosiss gangguan dementia dan
alzheimer. Selanjutnya 1938 Dr. Richard Pauli beersama Wilhelm Arnold dan prof
Dr. Vanmenthod memperbaharui tes Kraeplin ini sehingga dapat digunakan untuk
mendapatkan data kepribadian. Tes ini dikenal dengan istilah Pauli-Kraeplin
yang terdiri dari beberapa aspek seperti:
-
Aspek
keuletan (daya tahan)
-
Aspek
kemauan atau kehendak individu
-
Aspek
emosi
-
Penyesuaian
diiri
-
Stabilitas
diri
Dalam tes ini subjek hanya
diminta untuk meengerjakan hitungan sederhana yaitu menjumlahkan deretan
angka-angka. Namun yang jadi masalah adalah urutan angka-angka yang banyak.
Banyak kesalahan yang kita buat menunjukkan kita termasuk orang yang tidak
teliti dan tidak cermat, tidak hati-hati dan kurang memiliki daya tahan cukup
terhadap stres atau tekanan pekerjaan (dalam buku Rahasia Psikotes, 2009).
Kesimpulan berdasarkan pemaparan
dari jenis tes dan pengertian tes kemampuan mental ini menunjukkan pengembangan
yang signifikan, pengembangan ini dilahirkan dari kritis yang merasa tidak
cukup. Mereka tidak puas hanya dengan penjelasan yang dimunculkan oleh satu
orang saja yang berkembang saat itu makanya mereka berdialektika dengan
pendapat yang ada saat itu sampai menghasilkan sesuatu yangg orisinil dan baru,
lalu kita ? tetap pengguna. Hehehe
Bagai pertanyaan retorika ,
pertanyaan itu setiap harinya selalu muncul di benakku dan tidak mendapat
jawaban, karena aku tidak tau yang harus dilakukan apa.
Baiklah untuk kesimpulan resume
materi ini saya merasa bahwa tes kemampuan mental ini dikembangkan pada awalnya
yang hanya untuk mengetahui seseorang tergolong mengalami gangguan atau tidak
menjadi banyak lagi tes-tes yang berkembang berdasarkan beberapa teori. Tes ini
berkembang guna memenuhi kebutuhan asassement pada manusia juga yang seiring
waktu berkembang, tidak bisa kalau tidak di upgrade kalau manusianya saja sudah
serba canggih masa tes nya tidak di upgrade. Asumsi kedua yang saya dapat
setelah meresume materi ini adaalah tidak ada suatu tes yang lahir tanpa adanya
teori dan pemikiran seseorang terhadap teori tersebut seperti weschler yang
gunakan kerangka spearman dan lainnya.
Bahwa ternyata dari sekian
banyaknya aspek manusia hanya digolongkan pada suatu keseluruhan kemampuan
mental dan kepriadian tanpa bermaksud menganjurkan kita untuk pahami salah
satu, karena manusia itu mahluk yang unik dan beragam. Sekarang sudah ga jaman
yang namanya pemikiran klasik aristoteles sekarang jamannya gardner , spearman,
dan lainnya, besok jamannya masih ganti dan negara eropa pasti jadi pelopor
untuk meng uprgrade , kita kapan?
“Nanti saja , Kapan-kapan”
Referensi :
Santrock, J. W (2003). Adolescene (6th ed).Jakarta; Penerbit
Erlangga.
Anastasi Anne,
Susaba Urbina (2007). Tes Psikologi. Edisi Ke-7. Jakarta:PT Indeks.
Robbins, P Stephen & Timothy
A Judge (2007). Organizational Behavior (12th ed).New Jersey: Pearson
Education.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar