DISKUSI dan PERMASALAHAN
Topik : Perilaku Prokrastinasi (keterlambatan mahasiswa dan Prestasi Belajar)
prilaku Prokrastinasi pada mahasiswa semakin banyak dan hampir menjadi habbit , terutama prokrastinasi dalam hal masuk kelas saat kuliah. Fenomena mahasiswa prokrastinasi disini di spesifikan dalam hal terlambat masuk kelas , fenomena ini sangat sering ditemui di Univ Pancasila dan mungkin universitas-universitas lain. Dulu pada saat SMA dan saat masih menjadi siswa fenomena ini ditemui juga tapi tidak pada kuantitas yang banyak dan frekuensi nya pun tidak sering di temui, mas Setta dosen psikologi UP melakukan observasi terhadap kelas kami khususnya, beliau memberikan statement “Kenapa ya mahasiswa sekarang ko lebih dulu dosennya yang datang dibanding mahasiswa? padahal kalau di sekolah-sekolah siswa akan datang lebih dulu dari gurunya, padahal posisi siswa dan mahasiswa pun sama-sama pelajar hanya berbeda pada kata ‘Maha’ dan ‘Guru / Dosen’ terlepas dari itu semuanya sama ko”. Seolah-lah perilaku prokrastinasi di dalam akademik khususnya dalam kedisiplinan waktu hadir itu seolah-olah jadi trend di mahasiswa sekarang.
Satu lagi keanehannya adalah mahasiswa yang terlambat itu itu-itu saja dan setelah di perhatikan nilai IPK atau prestasi akademik nya dikelas pun mereka yang terbiasa terlambat itu terlihat tidak maksimal pada pencapaian prestasinya , saya iseng sih observasi ke akademik dan kebetulan saya memang punya teman yang selalu terlambat ke kampus dengan berbagai alasan, Fakta bahwa Pencapaian Prestasinya tidak terlalu memuaskan dan ada pula yang sama sekali tidak memuaskan. Berdasar pada fenomena itu lah yang mendorong Mas Seta (dosen psikodiagnostik F.Psi UP untuk meberikan tugas yaitu “melakukan study literatur tentang prilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan mahasiswa , dan memahami fenomena diatas tadi, lalu mencari ada atau tidaknya korelasi antara prilaku prokrastinasi dengan prestasi belajar melalui study literatur, dan tools apa yang bisa digunakan untuk mengukur fenomena tersebut.
Masalah :
1. Apakah terdapat korelasi signifikan antara prilaku prokrastinasi dengan prestasi belajar?
2. Apakah Terdapat Korelasi signifikan antara Faktor (mahasiswa dan Siswa) dengan Frekuensi prilaku prokrastinasi pada mahasiswa (terlambat kuliah)?. Kaitkan dengan teori, temukan penyebabnya.
3. Metode paling tepat untuk penelitian ini?
JAWABAN PERTANYAAN dan DISKUSI
A. Definisi Prokrastinasi Secara Umum
Kamus The Webster New Collegiate mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu pengunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan. Prokrastinasi di kalangan ilmuwan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Hoizman untuk menunjukkan kecenderungan untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator (M. N. Ghufron, 2003: 14).
Prokrastinasi dalam bahasan ini di spesifikan pada penundaan untuk masuk kelas dan kuliah tepat waktu (keterlambatan).
Menurut Ferrari (M. N. Ghufron, 2003: 28) menyatakan,
Prokrastinasi mengganggu dalam dua hal:
1. Faktor internaL
Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan
prokrastinasi, meliputi:
1) Kondisi kodrati, Terdiri dari jenis kelamin anak, umur, dan urutan kelahiran. Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.
2) Kondisi fisik dan kondisi kesehatan, mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik. Menurut Ferrari (M. N. Ghufron, 2003) tingkat itelegensi tidak mempengaruhi prokrastinasi walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan.
3) Kondisi psikologis, trait kepribadian yang dimiliki individu turutmempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi, misalnyahubungan kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalamberhubungan sosial, Millgram (M. N. Ghufron, 2003: 28). Besarnya motivasi seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinas. Semakintinggi motivasi yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas,akan semakin rendah kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi artinya motivasi orang untuk kuliah pun mempengaruhi perilakunya saat kuliah.
Membahas motivasi pada point tiga pernyataan berikut mengenai prokrastinasi dalam hal keterlambatan mahasiswa masuk kelas dipengaruhi oleh motivasi individu, pernyataan ini sejalan dengan definisi Motivasi dalam Sarwono, W Sarlito (2012) yakni:
“Motivasi diartikan bahasa movere atau motion yang diartikan sebagai gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam psikologi diartikan sebagai rangsangan dan dorongan atau pembangkit suatu tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku atau behavior”.
“Motif merupakan dorongan atau energi yang terdapat dalam diri seseorang, seperti halnya yang dikatakan oleh sigmund freud bahwa setiap perilaku didorong oleh energi dasar atau naluri. Insting ini dibagi oleh freud menjadi dua yakni eros (hidup) dan tanatos (agresif)”.
Artinya disini perilaku individu itu tergantung pada sejauhmana motiv dalam dirinya, termasuk dengan point tiga yang mengatakan masalah prokrastinasi dalam hal keterlambatan apabila dikaji dengan trait yang mengatakan bahwa motivasi adalah salah satu penyebab munculnya prilaku prokrastinasi.
Prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas dalam beberapa sudut pandang teori:
1. Teori Belajar Tradisional Behaviorisme
Mengatakan bahwa perilaku manusia yang menetap atau berubah merupakan hasil yang dipelajari, dasar perilaku adalah pengalaman dan adaptasi terhadap lingkungan. Perilaku Manusia hanya dipandang sebagai hubungan Stimulus dan Respon , menghilangkan aspek organisme nya, hanya terfokus pada pembelajaran mengenai bagaimana suatu stimulus yang menghasilkan respon. (Feist & Feist, 2010). Jadi ketika seseorang mengeluarkan perilaku sebagai contoh perilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan mengikuti kuliah dapat dipelajari penyebab seseorang melakukannya dengan cara mempelajari stimulus nya dan proses pengondisian stimulusnya sehingga menghasilkan respon berupa perilaku yang tetap atau kebiasaan.
Terdapat dua jenis pengondisian yang dikemukakan Behaviorisme yaitu pengondisian klasik dan pengondisian operan. Menurut Skinner (1953) pengondisian klasik adalah pengondisian respondennya melalui pemasangan stimulus tidak berkondisi dengan stimulus berkondisi yang nantinya akan menghasilkan respon berkondisi pula (dalam Feist & Feist 2010), pengondisian ini dilakukan berulang-ulang sehingga terdapat poses pembelajaran dan adaptasi terhadap stimulus yang dikondisikan ini. Skinner (1953) mengatakan untuk pengondisian operan adalah pengondisian dan asosiasi pada stimulus tapi lebih berfokus pada perilaku dan konsekuensi yang didapat dari perilaku, dalam hal ini apabila perilaku mendapat sebuah penguatan (reinforced) maka kemungkinan perilaku itu akan diulang berbeda saat perilaku mendapatkan sebuah hukuman (punishment) kemungkinan perilaku itu tidak akan diulang/ bahkan tidak muncul kembali.
Berdasarkan paparan diatas saya akan mencoba menjawab fenomena perilaku prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas pada mahasiswa yang lebih sering ditemui dibanding pada saat kita masih menjadi siswa, menggunakan literatur teori pengondisian operan BF Skinner.
1. Faktor terpenting dari perilaku yang dipertahankan atau tidak adalah konsekuensi dari tindakan mendapat reward atau punishment. Dan penekanan terhadap proses belajar.
Kita kaji dari fenomena , mahasiswa yang sering terlamat kuliah itu frekuensi keterlambatannya berapa kali , taruhlah dalam satu minggu dia terlambat di dua mata kuliah yang sama contohnya pada mata kuliah filsafat setiap minggu mahasiswa A ini selalu terlambat saat kuliah, bukan karena faktor kemacetan dan lain-lain mahasiswa A ini tiba di kampus sudah 30 menit yang lalu tapi dia tidak langsung masuk ke lingkungan kelas atau lingkungan kampus , anak-anak sekarang menyebutnya “nongkrong dulu lah”. Lalu karena kita akan mengkaji ini dengan pengondisian operan behaviorisme maka salah satu faktor penting yang harus kita ketahui adalah penyebab perilaku itu bisa berulang / respon itu berulang , kira-kira stimulus apa yang menyebabkan perilaku itu / respon tersebut berulang?
Pertama, dosen yang mengajar mata kuliah filsafat ini agak sedikit santai bahkan tidak pernah menegur mahasiswa yang telambat atau keluar masuk kelas dan ketidakdisiplinan mahasiswa lain yang dilakukan di dalam kelas.
Kedua, ternyata anak yang terlambat ini tidak hanya terlambat sekali tapi berkali-kali bahkan setiap minggu di matkul dosen yang sama itu. Tidak mendapatkan respon tepat dan dosen malah membiarkannnya. Karena ini tejadi berulang dan subjek mengasumsikan bahwa terlambat itu ga akan di hukum kok oleh dosennya , dosennya baik ko, karena proses shaping yang tidak berjalan semestinya , proses shaping ini diartikan sebagai suatu penguatan yang diberikan secara terus menerus saat perilaku mendekati respon yang diinginkan.
Ketiga , pada saat jadi siswa dulu di sekolah kita ada yang namanya guru BK nah biasanya guru BK ini tugasnya adalah menjaga GDN atau Gerbang Sekolah sebagai guru piket, lalu ketika bel masuk berbunyi pintu gerbang akan di tutup dan siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas, ketika tiga kali tidak boleh masuk kelas akan dilakukan pemanggilan orang tua sampai berturut-turut sampai DO. Dalam perkuliahan dan dilingkungan tidak ada kebijakan seperti ini , rules kelas ditentukan oleh dosen dan mahasiswa nya di kelas atau sering di sebut kontrak belajar tapi bukan berarti adanya kontrak belajar ini perilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas ini jadi berkurang, faktanya tidak sedikit mahasiswa yang melanggar kontrak belajar itu, dalam teori behaviorisme Skinner (1953) proses pengondisian bergantung pada pengendalian dari eksternal yang memberikan reinforce atau punishment secara langsung setelah perilaku dimunculkan ( dalam Papalia, 2008).
stimulus --> Mahasiswa A telat pada pembelajaran Pertama
Respon --> Dosen tidak memberikan respon tepat à punisment
terjadi berulang-ulang
Ketika Terjadi Berulang-ulang à Terjadi Pembelajaran pada Respon à Tidak mendapat Punishment à perilaku dipertahankaan à Sering terlambat
Prinsip Pada Pengondisian Operan, Skinner mengemukakan setidaknya ada 3 prinsip dalam Pengondisian Operan (Dalam Papalia,2008
a. Peng-Generalisasian Terhadap Stimulus
Pengertian singkatnya adalah Kita memberikan respon yang serupa terhadap stimulus yang sama. Contohnya dalam hal ini : ketika mahasiswa A melakukan prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas dalam pembelajaran filsafat berulan-ulang dengan hasil asosiasi bahwa dosen filsafat ini tidak galak dan tidak akan menghukum jadi tidak masalah jika telat masuk kelas, maka untuk hal lain di pelajaran filsafat ini mahasiswa A mungkin saja melakukan prokrastinasi pada hal lainnya selain kedisiplinan masuk kelas, misalkan dia juga melakukan prokrastinasi pada pengumpulan dan pembuatan tugas , sehingga diakhir ketika ujian dia jelek tentu berimbas pada prestasi akademiknya, hal nya adalah IPK.
b. Diskriminasi terhadap stimulus
Pengertian, kecenderungan kita membeda-bedakan stimulus dan merespon yang berbeda pula, contohnya pada saat dosen memberikan aturan untuk tidak telat denga kata-kata “Jangan Telat” justru lebih sering dilanggar.
c. Extinction (Kepunahan)
Suatu respon apabila sebelumnya sudah tekondisi dan tidak mendapat reinforce lagi maka respon tersebut kemungkinan akan hilang. Contohnya ketika dosen hanya memberikan punishment 1 kali dan keesokannya tidak memberikan punishment lagi pada mahasiwa yang melakukan prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas , maka respon disiplin dari mahasiswa akan hilang lagi dan akan kembali tidak disiplin
d. Law of Effect
Ketika perilaku mendapat reinforce akan diulang, ketika mendapat punishment tidak akan diulang.
1. Sudut Pandang Social – Cognition Learning Theory (Albert Bandura).
Over View theory
- Daya pendorong u/ berkembag berasal dari sso.
- Manusia belajar perilaku sosial yg sesuai, terutama dgn mengamati model / ditiru (ortu, publik figur). à Pembelajaran Imitasi (meniru Model)/ Observasi.
- Dalam model pembelajaran Bandura, faktor orang/kognitif memainkan peran penting à self-efficacy berpengaruh kuat pd perilaku
Jadi apabila fenomena terlambat dijelaskan menggunakan teori ini memfokuskan pada teori belajar imitasi , dimana bandura mengatakan bahwa dalam pembelajaran imitasi ini orang melakukan sesuatu atau berprilaku sesuai atau tidak sesuai dengan norma atau budaya disekitar itu tergantung pada saat menirukan model (Papalia, ).
Dalam penjelasan fenomena terlambat dalam teori ini akan menekankan pada ada atau tidaknya model perilaku prokrastinasi dalam hal terlambat , dan konsekuensi terhadap model perilaku tersebut.
Jika dalam behavioris sangat berpusat pada lingkungan yang mengontrol dalam teori ini perilaku manusia itu dipengaruhi ketiganya. Dan mungkin bisa menjelaskan harus atau tidaknya universitas menetapkan kebijakan seperti pada saat sekolah.
Pertama kita kenali model respirokal Bandura
Penjelasan
1.
Kognisi
mempengaruhi perilaku à siswa A melihat temannya terlambat setiap
pembelajaran filsafat à dosen tidak menegur dan membiarkanà
terbentuk skema kognitif dalam mahasiswa tersebut bahwa ketika terlambat dia
tidak akan mendapat konsekuensi berupa hukuman à mempengaruhi
perilaku nya yaitu à prokrastinasi dalam hal keterlambatan à
ketika sering dilakukan à Perilaku pencapaian berupa prestasi
menurun
Perilaku mempengaruhi kognisi à perilaku prokrastinasiA membuatnya
memperoleh nilai ujian yang tidak terlalu memuaskan tp tidak mendapat hukuman
perilaku tsb akan mghasilkan harapan2 pada kongnisi nya bahwa
untuk lulus mata kuliah ini terlambat tidak apa-apa karena tidak ada hukuman
yang berarti apabila terlambat bisa menutupi nilai di UAS.
2.
Lingkungan
mempegaruhi perilaku à Universitas tidak memberlakukan kebijakan guru
piket jaga seperti pada saat SMA à perilaku
disiplin dan keterlambatan masuk kelas menjadi lumrah à
perilaku pencapaian prestasi pada mahasiswa berkurang.
Perilaku mempengaruhi lingkungan à perilaku pencapaian prestasi,
disiplin berkurang à Universitas dalam hal akreditasi dan
daya saing dengan universitas lain berkurang.
Dalam
hal ini dapat disimpulkan baik individu sebagai model atau yang mengamati,
dosen, dan Universitas memiliki hubungan timbal balik tidak hanya berpusat pada
dosen atau universitas saja tapi individu nya memegang peranan juga.
UNSUR
UTAMA PEMBELAJARAN MODELING
1. Perhatian
(’Attention’)
Sebelum sso dpt menirukan tindakan seorg model, mereka
harus lebih dulu menirunya
Perhatian thd model dipengaruhi o/ sekumpulan
karakteristik à teritama status yg lebih tinggi
Contohnya
: model yang terlambat adalah ketua senat atau ketua peer group nya.
2. Mengingat
(’Retention’)
Seseorg yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu
dalam sistem ingatannya sehingga ia dapat melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan
atau diingini à co. mahasiswa A mengingat semua
kejadian saat mengamati model yang melakukan prokrastinasi tersebut.
3. Reproduksi
Perilaku (’Reproduction’)
Sso dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan
apa yang disimpan dalam bentuk tingkah lakuà co. mengikuti model mahasiswa yang
telambat pula pada matkul yang sama
4. Motivation
Seringkali sso mengikuti mengikuti yg dilakukan model,
menyimpan dalam memori dan memproses u/ melakukan tindakan à tp tdk termotivasi u/ melaksanakan perilaku yg
dimodelkan.
Motivasi penting karena ia adalah penggerak individu
untuk terus melakukan sesuatu à shg subyek harus termotivasi untuk meniru
perilaku yang telah dimodelkan
Peranan Reinforcement dan Punishment à membentuk Motivasi.
Keempat
unsur ini harus ada ketika seseorang melakukan pembelajaran modeling terutama
pada saat perilaku prokrastinasi berlangsung. Jadi disini seseorang melakukan
prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas disebabkan karena meniru
model.
Sedikit
menyentil dari pernyataan diatas mungkin saja perilaku itu ditiru karena adanya
social influence berupa perilaku konformitas atau kita mengubah keyakinan dan
perilaku kita dengan keyakinan dan prilaku orang lain, jadi perilaku
prokrastinasi yang marak di mahasiswa ini dapat pula disebabkan oleh pengaruh
sosial dalam peer group , contohnya mahasiswa A tadinya adalah seseorang yang
disiplin tapi ketika dia masuk dalam peer group nya yang terbiasa dengan
perilaku prokrastinasi maka kemungkinan mahasiswa tersebut bisa mengikuti grup
nya (Baron Bryne, 2003).
3.
Teori Psikologi Sosial
a.
Kognisi Sosial :
Fenomena
prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas sering dilakukan oleh mahasiswa
dengan dosen dan universita yang tidak memberikan feedback dan sikap tepat,
prestasi belajar yang menurun, membentuk suatu fenomena yang bisa dikaji dengan
pandangan kognisi sosial.
Sosial
kognisi dalam Baron Bryne 2003 diartikan sebagai tata cara kita
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia sosial.
1. Skema
: kerangka mental untuk mengorganisasi dan menggunakan informasi sosial. Dalam Baron Bryne 2003 dikatakan bahwa skema
juga dapat berupa orgnaisasi dari pengalaman kita di lingkungan sosial. Skema ini
yang menentukan kita dalam menggunakan informasi dan memunculkannya dalam
tingkah laku di lingkungan sosial
Contoh
:
“Mahasiswa
A telat pada pelajaran filsafat minggu pertama , kemudian telat juga di
minggu-minggu seterusnya dan pengajar tidak memberikan respon tepat untuk
mengurangi prokrastinasi tersebut à
Skema yang tertanam “dosen dan kampus tidak memberikan konsekuensi merugikan
saat saya telat à
Mahasiswa akan sering terlambat karena
bias mengatribusikan perilaku dosen dan universitas dan memiliki skema yang
bias”.
A.
Kaitan antara Prokrastinasi dengan
Prestasi Belajar à berkorelasi atau tidak.
Belum
terbukti secara signfikan perilaku prokrastinasi dalam keterlambatan masuk
kelas berkorelasi dengan prestasi belajar , namun terdapat korelasi pada
perilaku prokrastinasi pada tugas akademik dengan prestasi berlajar, berikut
link skripsi yang bisa menjadikan acuannya :
1. http://eprints.uny.ac.id/9883/2/BAB%202%20-%2008104244022.pdf
di unduh pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 22;00.
2. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/197211241999031-ILFIANDRA/Prokrastinasiakademik-siswaSMAx.pdf
mengenai wacana prilaku prokrastinasi dan prestasi akademik di unduh pada
tanggal 19 Maret 20014 pukul 22;00.
Namun
ada kebijakan yang ditetapkan oleh akademik Univ Pancasila prosentase kehadiran
adalah 75 % jika kurang dari itu maka tidak boleh ikut ujian, dan ada kontrak
belajar yang sempat di sepakati oleh beberapa dosen yaitu mba Elok Dinaike Malay (Metpen Eksperimen), Mas
Setta Wicaksana (Psi. Diagnostik), dan dosen lainnya bahwa toleransi terlambat
adalah 30 menit, lebih dari itu tidak boleh absen tapi boleh mengikuti kelas. Maka
jika diperhitungkan 3 kali mahasiswa telat dalam 1 mata kuliah kebijakan kampus
adalah tidak boleh mengikuti ujian maka nilai ujian akan kosong dan berpengaruh
terhadap IPK, secara kasar dapat disimpulkan apa bila kejadiannya seperti ini
maka jelas prokrastinasi dalam hal keterlambatan berkorelasi dengan Prestasi
akademik dalam hal pencapaian nilai.
B. Desain Penelitian Yang cocok dan
Metode Pengambilan Data
Desain
penelitian terbagi berdasarkan beberapa perspektif , dalam Juliansyah Noor
(2011) desain penelitian dibagi menjadi 3 perspektif yaitu: berdasarkan jumlah
kontak dengan populasi, berdasarkan waktu yang dirujuk, dan sifat penelitian.
1.
Berdasarkan
Jumlah Kontak dengan Populasi Juliansyah Noor(2011) membagi menjadi tiga:
-
Cross sectional Study : 1 Kali kontak dengan populasi
Metode ini tepat untuk meneliti suatu
situasi, fenomena, masalah dan sikap populasi ex: sikap masyarakat terhadap
kenaikan BBM , penelitian ini tidak dapat mengukur perubahan.
-
Before After Study : dilakukan 2 kali , cocok mengukur
efektifitas dari suatu program dapat melihat hubungan tapi tidak bisa melihat
pola hubungan karena hanya dilakukan 2 kali.
-
Longitudinal : dilakukan
3 kali atau lebih , dapat mengukur pola perubahannya sangat terperinci mengenai
situasi, fenomena, karena waktunya panjang.
Berdasarkan
desain ini menurut saya yang cocok untuk meneliti korelasi perilak prokrastinasi
dengan prestasi akademik adalah desain longitudinal, berdasarkan pemaparannya
desain ini sangat cocok meneliti fenomena dan mengtahui pola hubungannya bukan
hanya ada atau tidaknya hubungan.
2.
Jenis
Berdasarkan Sifat Penelitian
-
Eksperimen : penelitian yang dilakukan terdapat intervensi yang
diberikan peneliti, peneliti dengan sengaja memunculkan fenomena dan
memunculkan IV.
-
Non Eksperimen : Tanpa Manipulasi, meniliti fenomena yang sudah ada di
lingkungan.
-
Quasi Eksperimen : dalam penelitian ini terdapat dua kelompok seperti eksperimen tapi
kedua kelompok ini karakteristiknya adalah bawaan.
Berdasarkan
jenis ini menurut saya yang paling tepat digunakan adalah desain penelitian non
eksperimental.
Metode Pengambilan data :
Sumber
Data:
-
Langsung : peneliti berubungan langsung dengan subjek saat
pengambilan data c/ dengan kuisionare, wawancara, observasi
-
Tidak langsung : peneliti tidak berkontak langsung dengan populasi
c/ menggunakan data survei, dokumen.
Menurut saya apabila dibuat penelitian tentang
Prokrastinasi dalam hal keterlambatan untuk konstruk ini dapat
dioprasionalisasikan dengan “jumlah kehadiran dalam absensi di akademik” ,
kedua tentang prestasi belajar dapat dioprasionalisasikan dengan “Perolehan IPK
semester”. Karena metode wawancara dan kuisionare dihawatirkan akan bias data
yang dihasilkan , bisa karena faking good dari responden dan lain-lainnya ,
maka penelitian ini bisa dengan menggunakan skor IPK dan kehadiran, dan apabila
akan dibuat desain longitudinal dapat menggunakan metode observasi partisipan
dimana peneliti terlibat langsung di lapangan saat penelitian. Dengan menggunakan
ceklist behaviour dan guide saat observasi.
Sumber :
-
Robert
L Solso & otto H Mclin & M. Kimberly Maclyn. 2005. Cognitive Psychology.
Pearson Education, Inc.
-
Sarwono,
W. S. 2012. Pengantar Psikologi Umum. (cetakan
ke-4): PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta
-
Rita
L. Atkinson & Richard C. Atkinson & Ernest R Hilgard. 2001. Pengantar
Psikologi 1. (edisi ke-8 Jilid 2). Penerbit Erlangga; Jakarta.
-
Feist
& Feist. (2010). Theories of Personality. (7th ed). Avenue Americas; New
York
-
Baron A. Robert & Bryne Donn. 2003. Social
Psychology.(10th Edition). Pearson Education, Inc.
-
Feldman,
R.S. (2008). Understanding Psychology (8th ed.). New York:
McGraw-Hill
Tidak ada komentar:
Posting Komentar