Rabu, 19 Maret 2014

"Mahasiswa Lepas Seragam, Sering Telat, Siswa Pake Seragam Takut Guru Piket. Mahasiswa Telat Ancaman IPK Rendah "

DISKUSI dan PERMASALAHAN

Topik               : Perilaku Prokrastinasi (keterlambatan mahasiswa dan Prestasi Belajar)

prilaku Prokrastinasi pada mahasiswa semakin banyak dan hampir menjadi habbit , terutama prokrastinasi dalam hal masuk kelas saat kuliah. Fenomena mahasiswa prokrastinasi disini di spesifikan dalam hal terlambat masuk kelas , fenomena ini sangat sering ditemui di Univ Pancasila dan mungkin universitas-universitas lain. Dulu pada saat SMA dan saat masih menjadi siswa fenomena ini ditemui juga tapi tidak pada kuantitas yang banyak dan frekuensi nya pun tidak sering di temui, mas Setta dosen psikologi UP melakukan observasi terhadap kelas kami khususnya, beliau memberikan statement   “Kenapa ya mahasiswa sekarang ko lebih dulu dosennya yang datang dibanding mahasiswa? padahal kalau di sekolah-sekolah siswa akan datang lebih dulu dari gurunya,  padahal posisi siswa dan mahasiswa pun sama-sama pelajar hanya berbeda pada kata ‘Maha’ dan ‘Guru / Dosen’  terlepas dari itu semuanya sama ko”. Seolah-lah perilaku prokrastinasi di dalam akademik khususnya dalam kedisiplinan waktu hadir itu seolah-olah jadi trend di mahasiswa sekarang.

Satu lagi keanehannya adalah mahasiswa yang terlambat itu itu-itu saja dan setelah di perhatikan nilai IPK atau prestasi akademik nya dikelas pun mereka yang terbiasa terlambat itu terlihat tidak maksimal pada pencapaian prestasinya , saya iseng sih observasi ke akademik dan kebetulan saya memang punya teman yang selalu terlambat ke kampus dengan berbagai alasan, Fakta bahwa Pencapaian Prestasinya tidak terlalu memuaskan dan ada pula yang sama sekali tidak memuaskan. Berdasar pada fenomena itu lah yang mendorong Mas Seta (dosen psikodiagnostik F.Psi UP untuk meberikan tugas yaitu “melakukan study literatur tentang prilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan mahasiswa , dan memahami fenomena diatas tadi, lalu mencari ada atau tidaknya korelasi antara prilaku prokrastinasi dengan prestasi belajar melalui study literatur, dan tools apa yang bisa digunakan untuk mengukur fenomena tersebut.

Masalah           :
1.      Apakah terdapat korelasi signifikan antara prilaku prokrastinasi dengan prestasi belajar?
2.      Apakah Terdapat Korelasi signifikan antara Faktor (mahasiswa dan Siswa) dengan Frekuensi prilaku prokrastinasi pada mahasiswa (terlambat kuliah)?.  Kaitkan dengan teori, temukan penyebabnya.
3.      Metode paling tepat untuk penelitian ini?


JAWABAN PERTANYAAN dan DISKUSI

A.     Definisi Prokrastinasi Secara Umum


Kamus The Webster New Collegiate mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu pengunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan. Prokrastinasi di kalangan ilmuwan, pertama kali digunakan oleh Brown dan Hoizman untuk menunjukkan kecenderungan untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator (M. N. Ghufron, 2003: 14).

Prokrastinasi dalam bahasan ini di spesifikan pada penundaan untuk masuk kelas dan kuliah tepat waktu (keterlambatan).

Menurut Ferrari (M. N. Ghufron, 2003: 28) menyatakan,
Prokrastinasi mengganggu dalam dua hal:
1.      Faktor internaL

Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk melakukan
prokrastinasi, meliputi:

1)       Kondisi kodrati, Terdiri dari jenis kelamin anak, umur, dan urutan kelahiran. Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.
2)      Kondisi fisik dan kondisi kesehatan, mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik. Menurut Ferrari (M. N. Ghufron, 2003)  tingkat itelegensi tidak mempengaruhi prokrastinasi walaupun prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan.
3)       Kondisi psikologis, trait kepribadian yang dimiliki individu turutmempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi, misalnyahubungan kemampuan sosial dan tingkat kecemasan dalamberhubungan sosial, Millgram (M. N. Ghufron, 2003: 28). Besarnya motivasi seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinas. Semakintinggi motivasi yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas,akan semakin rendah kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi artinya motivasi orang untuk kuliah pun mempengaruhi perilakunya saat kuliah.


Membahas motivasi pada point tiga pernyataan berikut mengenai prokrastinasi dalam hal keterlambatan mahasiswa masuk kelas dipengaruhi oleh motivasi individu, pernyataan ini sejalan dengan definisi Motivasi dalam Sarwono, W Sarlito (2012) yakni:

“Motivasi diartikan  bahasa movere atau motion yang diartikan sebagai gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam psikologi diartikan sebagai rangsangan dan dorongan atau pembangkit suatu tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku atau behavior”.
“Motif merupakan dorongan atau energi  yang terdapat dalam diri seseorang, seperti halnya yang dikatakan oleh sigmund freud  bahwa setiap perilaku didorong oleh energi dasar atau naluri. Insting ini dibagi oleh freud menjadi dua yakni eros (hidup) dan tanatos (agresif)”.
Artinya disini perilaku individu itu tergantung pada sejauhmana motiv dalam dirinya, termasuk dengan point tiga yang mengatakan masalah prokrastinasi dalam hal keterlambatan apabila dikaji dengan trait yang mengatakan bahwa motivasi adalah salah satu penyebab munculnya prilaku prokrastinasi.

            Prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas dalam beberapa sudut pandang teori:
                                       
1.      Teori Belajar Tradisional Behaviorisme

Mengatakan bahwa perilaku manusia yang menetap atau berubah merupakan hasil yang dipelajari, dasar perilaku adalah pengalaman dan adaptasi terhadap lingkungan. Perilaku Manusia  hanya dipandang sebagai hubungan Stimulus dan Respon , menghilangkan aspek organisme nya, hanya terfokus pada pembelajaran mengenai bagaimana suatu stimulus yang menghasilkan respon. (Feist & Feist,  2010). Jadi ketika seseorang mengeluarkan perilaku sebagai contoh perilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan mengikuti kuliah dapat dipelajari penyebab seseorang melakukannya dengan cara mempelajari stimulus nya dan proses pengondisian stimulusnya sehingga menghasilkan respon berupa perilaku yang tetap atau kebiasaan.

Terdapat dua jenis pengondisian yang dikemukakan Behaviorisme yaitu pengondisian klasik dan pengondisian operan. Menurut Skinner (1953) pengondisian klasik adalah pengondisian respondennya melalui pemasangan stimulus tidak berkondisi dengan stimulus berkondisi yang nantinya akan menghasilkan respon berkondisi pula (dalam Feist & Feist 2010), pengondisian ini dilakukan berulang-ulang sehingga terdapat poses pembelajaran dan adaptasi terhadap stimulus yang dikondisikan ini. Skinner (1953) mengatakan untuk pengondisian operan adalah pengondisian dan asosiasi pada stimulus tapi lebih berfokus pada perilaku dan konsekuensi yang didapat dari perilaku, dalam hal ini apabila perilaku mendapat sebuah penguatan (reinforced) maka kemungkinan perilaku itu akan diulang berbeda saat perilaku mendapatkan sebuah hukuman (punishment) kemungkinan perilaku itu tidak akan diulang/ bahkan tidak muncul kembali.

Berdasarkan paparan diatas saya akan mencoba menjawab fenomena perilaku prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas pada mahasiswa yang lebih sering ditemui dibanding pada saat kita masih menjadi siswa, menggunakan literatur teori pengondisian operan BF Skinner.



1.      Faktor terpenting dari perilaku yang dipertahankan atau tidak adalah konsekuensi dari tindakan mendapat reward atau punishment. Dan penekanan terhadap proses belajar.

Kita kaji dari fenomena , mahasiswa yang sering terlamat kuliah itu frekuensi keterlambatannya berapa kali , taruhlah dalam satu minggu dia terlambat di dua mata kuliah yang sama contohnya pada mata kuliah filsafat setiap minggu mahasiswa A ini selalu terlambat saat kuliah, bukan karena faktor kemacetan dan lain-lain mahasiswa A ini tiba di kampus sudah 30  menit yang lalu tapi dia tidak langsung masuk ke lingkungan kelas atau lingkungan kampus , anak-anak sekarang menyebutnya “nongkrong dulu lah”. Lalu karena kita akan mengkaji ini dengan pengondisian operan behaviorisme maka salah satu faktor penting yang harus kita ketahui adalah penyebab perilaku itu bisa berulang / respon itu berulang , kira-kira stimulus apa yang menyebabkan perilaku itu / respon tersebut berulang?

Pertama, dosen yang mengajar mata kuliah filsafat ini agak sedikit santai bahkan tidak pernah menegur  mahasiswa yang telambat atau keluar masuk kelas dan ketidakdisiplinan mahasiswa lain yang dilakukan di dalam kelas.

Kedua, ternyata anak yang terlambat ini tidak hanya terlambat sekali tapi berkali-kali bahkan setiap minggu di matkul dosen yang sama itu. Tidak mendapatkan respon tepat dan dosen malah membiarkannnya. Karena ini tejadi berulang dan subjek mengasumsikan bahwa terlambat itu ga akan di hukum kok oleh dosennya , dosennya baik ko, karena proses shaping yang tidak berjalan semestinya , proses shaping ini diartikan sebagai suatu penguatan yang diberikan secara terus menerus saat perilaku mendekati respon yang diinginkan.

Ketiga , pada saat jadi siswa dulu di sekolah kita ada yang namanya guru BK nah biasanya guru BK ini tugasnya adalah menjaga GDN atau Gerbang Sekolah sebagai guru piket, lalu ketika bel masuk berbunyi pintu gerbang akan di tutup dan siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas, ketika tiga kali tidak boleh masuk kelas akan dilakukan pemanggilan orang tua sampai berturut-turut sampai DO. Dalam perkuliahan dan dilingkungan tidak ada kebijakan seperti ini , rules kelas ditentukan oleh dosen dan mahasiswa nya di kelas atau sering di sebut kontrak belajar tapi bukan berarti adanya kontrak belajar ini perilaku prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas ini jadi berkurang, faktanya tidak sedikit mahasiswa yang melanggar kontrak belajar itu, dalam teori behaviorisme Skinner (1953) proses pengondisian bergantung pada pengendalian dari eksternal yang memberikan reinforce atau punishment secara langsung setelah perilaku dimunculkan ( dalam Papalia, 2008).



stimulus --> Mahasiswa A telat pada pembelajaran Pertama 
Respon --> Dosen tidak memberikan respon tepat à punisment

terjadi berulang-ulang
Ketika Terjadi Berulang-ulang à Terjadi Pembelajaran pada Respon à Tidak mendapat Punishment à perilaku dipertahankaan à Sering terlambat


Prinsip Pada Pengondisian Operan, Skinner mengemukakan setidaknya ada 3 prinsip dalam Pengondisian Operan (Dalam Papalia,2008

a.      Peng-Generalisasian Terhadap Stimulus
Pengertian singkatnya adalah Kita memberikan respon yang serupa terhadap stimulus yang sama. Contohnya  dalam hal ini : ketika mahasiswa A melakukan prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas dalam pembelajaran filsafat berulan-ulang dengan hasil asosiasi bahwa dosen filsafat ini tidak galak dan tidak akan menghukum jadi tidak masalah jika telat masuk kelas, maka untuk hal lain di pelajaran filsafat ini mahasiswa A mungkin saja melakukan prokrastinasi pada hal lainnya selain kedisiplinan masuk kelas, misalkan dia juga melakukan prokrastinasi pada pengumpulan dan pembuatan tugas , sehingga diakhir ketika ujian dia jelek tentu berimbas pada prestasi akademiknya, hal nya adalah IPK.
b.      Diskriminasi terhadap stimulus
Pengertian, kecenderungan kita membeda-bedakan stimulus dan merespon yang berbeda pula, contohnya pada saat dosen memberikan aturan untuk tidak telat denga kata-kata “Jangan Telat” justru lebih sering dilanggar.

c.       Extinction (Kepunahan)
Suatu respon apabila sebelumnya sudah tekondisi dan tidak mendapat reinforce lagi maka respon tersebut kemungkinan akan hilang. Contohnya ketika dosen hanya memberikan punishment 1 kali dan keesokannya tidak memberikan punishment lagi pada mahasiwa yang melakukan prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas , maka respon disiplin dari mahasiswa akan hilang lagi dan akan kembali tidak disiplin

d.      Law of Effect
Ketika perilaku mendapat reinforce akan diulang, ketika mendapat punishment tidak akan diulang.

1.      Sudut Pandang Social – Cognition Learning Theory (Albert Bandura).
Over View theory
-          Daya pendorong u/ berkembag berasal dari sso.
-          Manusia belajar perilaku sosial yg sesuai, terutama dgn mengamati model / ditiru (ortu, publik figur). à Pembelajaran Imitasi (meniru Model)/ Observasi.
-          Dalam model pembelajaran Bandura, faktor orang/kognitif memainkan peran penting à self-efficacy berpengaruh kuat pd perilaku

Jadi apabila fenomena terlambat dijelaskan menggunakan teori ini memfokuskan pada teori belajar imitasi , dimana bandura mengatakan bahwa dalam pembelajaran imitasi ini orang melakukan sesuatu atau berprilaku sesuai atau tidak sesuai dengan norma atau budaya disekitar itu tergantung pada saat menirukan model (Papalia, ).
Dalam penjelasan fenomena terlambat dalam teori ini akan menekankan pada ada atau tidaknya model perilaku prokrastinasi dalam hal terlambat , dan konsekuensi terhadap model perilaku tersebut.
Jika dalam behavioris sangat berpusat pada lingkungan yang mengontrol dalam teori ini perilaku manusia itu dipengaruhi ketiganya. Dan mungkin bisa menjelaskan harus atau tidaknya universitas menetapkan kebijakan seperti pada saat sekolah.

Pertama kita kenali model respirokal Bandura




Penjelasan

1.      Kognisi mempengaruhi perilaku à siswa A melihat temannya terlambat setiap pembelajaran filsafat à dosen tidak menegur dan membiarkanà terbentuk skema kognitif dalam mahasiswa tersebut bahwa ketika terlambat dia tidak akan mendapat konsekuensi berupa hukuman à mempengaruhi perilaku nya yaitu à prokrastinasi dalam hal keterlambatan à ketika sering dilakukan à Perilaku pencapaian berupa prestasi menurun

Perilaku mempengaruhi kognisi à perilaku prokrastinasiA  membuatnya memperoleh nilai ujian yang tidak terlalu memuaskan tp tidak mendapat hukuman perilaku tsb akan mghasilkan harapan2 pada kongnisi nya bahwa untuk lulus mata kuliah ini terlambat tidak apa-apa karena tidak ada hukuman yang berarti apabila terlambat bisa menutupi nilai di UAS.

2.      Lingkungan mempegaruhi perilaku à Universitas tidak memberlakukan kebijakan guru piket jaga seperti pada saat SMA à perilaku disiplin dan keterlambatan masuk kelas menjadi lumrah à perilaku pencapaian prestasi pada mahasiswa berkurang.
Perilaku mempengaruhi lingkungan à perilaku pencapaian prestasi, disiplin berkurang à Universitas dalam hal akreditasi dan daya saing dengan universitas lain berkurang.


Dalam hal ini dapat disimpulkan baik individu sebagai model atau yang mengamati, dosen, dan Universitas memiliki hubungan timbal balik tidak hanya berpusat pada dosen atau universitas saja tapi individu nya memegang peranan juga.

UNSUR UTAMA PEMBELAJARAN MODELING
1.      Perhatian (’Attention’)
Sebelum sso dpt menirukan tindakan seorg model, mereka harus lebih dulu menirunya
Perhatian thd model dipengaruhi o/ sekumpulan karakteristik à teritama status yg lebih tinggi
Contohnya : model yang terlambat adalah ketua senat atau ketua peer group nya.

2.      Mengingat (’Retention’)
Seseorg yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya sehingga ia dapat melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini à co. mahasiswa A mengingat semua kejadian saat mengamati model yang melakukan prokrastinasi tersebut.


3.      Reproduksi Perilaku (’Reproduction’)

Sso dapatmenunjukkan kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah lakuà co. mengikuti model mahasiswa yang telambat pula pada matkul yang sama

4.      Motivation
Seringkali sso mengikuti mengikuti yg dilakukan model, menyimpan dalam memori dan memproses u/ melakukan tindakan à tp tdk termotivasi u/ melaksanakan perilaku yg dimodelkan.
Motivasi penting karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu à shg subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan
Peranan Reinforcement dan Punishment à membentuk Motivasi.

Keempat unsur ini harus ada ketika seseorang melakukan pembelajaran modeling terutama pada saat perilaku prokrastinasi berlangsung. Jadi disini seseorang melakukan prokrastinasi dalam hal keterlambatan masuk kelas disebabkan karena meniru model.
Sedikit menyentil dari pernyataan diatas mungkin saja perilaku itu ditiru karena adanya social influence berupa perilaku konformitas atau kita mengubah keyakinan dan perilaku kita dengan keyakinan dan prilaku orang lain, jadi perilaku prokrastinasi yang marak di mahasiswa ini dapat pula disebabkan oleh pengaruh sosial dalam peer group , contohnya mahasiswa A tadinya adalah seseorang yang disiplin tapi ketika dia masuk dalam peer group nya yang terbiasa dengan perilaku prokrastinasi maka kemungkinan mahasiswa tersebut bisa mengikuti grup nya (Baron Bryne, 2003).

3.      Teori Psikologi Sosial
a.       Kognisi Sosial :

Fenomena prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas sering dilakukan oleh mahasiswa dengan dosen dan universita yang tidak memberikan feedback dan sikap tepat, prestasi belajar yang menurun, membentuk suatu fenomena yang bisa dikaji dengan pandangan kognisi sosial.

Sosial kognisi dalam Baron Bryne 2003 diartikan sebagai tata cara kita menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial.



1.      Skema : kerangka mental untuk mengorganisasi dan menggunakan informasi sosial.  Dalam Baron Bryne 2003 dikatakan bahwa skema juga dapat berupa orgnaisasi dari pengalaman kita di lingkungan sosial. Skema ini yang menentukan kita dalam menggunakan informasi dan memunculkannya dalam tingkah laku di lingkungan sosial

Contoh :
“Mahasiswa A telat pada pelajaran filsafat minggu pertama , kemudian telat juga di minggu-minggu seterusnya dan pengajar tidak memberikan respon tepat untuk mengurangi prokrastinasi tersebut à Skema yang tertanam “dosen dan kampus tidak memberikan konsekuensi merugikan saat saya telat à Mahasiswa akan sering terlambat  karena bias mengatribusikan perilaku dosen dan universitas dan memiliki skema yang bias”.
A.    Kaitan antara Prokrastinasi dengan Prestasi Belajar à berkorelasi atau tidak.
Belum terbukti secara signfikan perilaku prokrastinasi dalam keterlambatan masuk kelas berkorelasi dengan prestasi belajar , namun terdapat korelasi pada perilaku prokrastinasi pada tugas akademik dengan prestasi berlajar, berikut link skripsi yang bisa menjadikan acuannya :

1.      http://eprints.uny.ac.id/9883/2/BAB%202%20-%2008104244022.pdf di unduh pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 22;00.
2.      http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/197211241999031-ILFIANDRA/Prokrastinasiakademik-siswaSMAx.pdf mengenai wacana prilaku prokrastinasi dan prestasi akademik di unduh pada tanggal 19 Maret 20014 pukul 22;00.

Namun ada kebijakan yang ditetapkan oleh akademik Univ Pancasila prosentase kehadiran adalah 75 % jika kurang dari itu maka tidak boleh ikut ujian, dan ada kontrak belajar yang sempat di sepakati oleh beberapa dosen yaitu mba  Elok Dinaike Malay (Metpen Eksperimen), Mas Setta Wicaksana (Psi. Diagnostik), dan dosen lainnya bahwa toleransi terlambat adalah 30 menit, lebih dari itu tidak boleh absen tapi boleh mengikuti kelas. Maka jika diperhitungkan 3 kali mahasiswa telat dalam 1 mata kuliah kebijakan kampus adalah tidak boleh mengikuti ujian maka nilai ujian akan kosong dan berpengaruh terhadap IPK, secara kasar dapat disimpulkan apa bila kejadiannya seperti ini maka jelas prokrastinasi dalam hal keterlambatan berkorelasi dengan Prestasi akademik dalam hal pencapaian nilai.




B.     Desain Penelitian Yang cocok dan Metode Pengambilan Data

Desain penelitian terbagi berdasarkan beberapa perspektif , dalam Juliansyah Noor (2011) desain penelitian dibagi menjadi 3 perspektif yaitu: berdasarkan jumlah kontak dengan populasi, berdasarkan waktu yang dirujuk, dan sifat penelitian.

1.      Berdasarkan Jumlah Kontak dengan Populasi Juliansyah Noor(2011) membagi menjadi tiga:
-          Cross sectional Study       : 1 Kali kontak dengan populasi
Metode ini tepat untuk meneliti suatu situasi, fenomena, masalah dan sikap populasi ex: sikap masyarakat terhadap kenaikan BBM , penelitian ini tidak dapat mengukur perubahan.
-          Before After Study           : dilakukan 2 kali , cocok mengukur efektifitas dari suatu program dapat melihat hubungan tapi tidak bisa melihat pola hubungan karena hanya dilakukan 2 kali.
-          Longitudinal                     : dilakukan 3 kali atau lebih , dapat mengukur pola perubahannya sangat terperinci mengenai situasi, fenomena, karena waktunya panjang.

Berdasarkan desain ini menurut saya yang cocok untuk meneliti korelasi perilak prokrastinasi dengan prestasi akademik adalah desain longitudinal, berdasarkan pemaparannya desain ini sangat cocok meneliti fenomena dan mengtahui pola hubungannya bukan hanya ada atau tidaknya hubungan.    
2.      Jenis Berdasarkan Sifat Penelitian
-          Eksperimen           : penelitian yang dilakukan terdapat intervensi yang diberikan peneliti, peneliti dengan sengaja memunculkan fenomena dan memunculkan IV.
-          Non Eksperimen   : Tanpa Manipulasi, meniliti fenomena yang sudah ada di lingkungan.
-          Quasi Eksperimen : dalam penelitian ini terdapat dua kelompok seperti eksperimen tapi kedua kelompok ini karakteristiknya adalah bawaan.
Berdasarkan jenis ini menurut saya yang paling tepat digunakan adalah desain penelitian non eksperimental.





Metode Pengambilan data :
Sumber Data:
-          Langsung              : peneliti berubungan langsung dengan subjek saat pengambilan data c/ dengan kuisionare, wawancara, observasi
-          Tidak langsung      : peneliti tidak berkontak langsung dengan populasi
c/ menggunakan data survei, dokumen.


            Menurut saya apabila dibuat penelitian tentang Prokrastinasi dalam hal keterlambatan untuk konstruk ini dapat dioprasionalisasikan dengan “jumlah kehadiran dalam absensi di akademik” , kedua tentang prestasi belajar dapat dioprasionalisasikan dengan “Perolehan IPK semester”. Karena metode wawancara dan kuisionare dihawatirkan akan bias data yang dihasilkan , bisa karena faking good dari responden dan lain-lainnya , maka penelitian ini bisa dengan menggunakan skor IPK dan kehadiran, dan apabila akan dibuat desain longitudinal dapat menggunakan metode observasi partisipan dimana peneliti terlibat langsung di lapangan saat penelitian. Dengan menggunakan ceklist behaviour dan guide saat observasi.

Sumber :
-          Robert L Solso & otto H Mclin & M. Kimberly Maclyn. 2005. Cognitive Psychology. Pearson Education, Inc.
-          Sarwono, W. S.  2012. Pengantar Psikologi Umum. (cetakan ke-4): PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta
-          Rita L. Atkinson & Richard C. Atkinson & Ernest R Hilgard. 2001. Pengantar Psikologi 1. (edisi ke-8 Jilid 2). Penerbit Erlangga; Jakarta.
-          Feist & Feist. (2010). Theories of Personality. (7th ed). Avenue Americas; New York
-          Baron A. Robert & Bryne Donn. 2003. Social Psychology.(10th Edition). Pearson Education, Inc.
-          Feldman, R.S. (2008). Understanding Psychology (8th ed.). New York: McGraw-Hill







Tidak ada komentar:

Posting Komentar