Senin, 31 Maret 2014

Masa Kanak-kanak Tengah (Share Tugas Observasi)


Perkembangan Masa Kanak-kanak Tengah
Dalam buku Papalia membagi perkembangan masa kanak-kanak tengah dalam beberapa perspektif pembahasan, yakni perkembangan Kognitif, Perkembangan Fisik, Perkembangan Psikososial. Berikut dibawah ini adalah teori yang menjelaskan tentang perkembangan apa yang terjadi pada usia Middle Childhood.
A.      Isu Perkembangan Fisik dan Kognitif masa Kanak-kanak tengah:
Karakteristik:
-          Pertumbuhan melambat
-          Kekuatan dan keterampilan fisik meningkat (kemampuan motorik)
-          Penyakit yang ada adalah pernafasan dan sangat umum tapi kesehatan adalah paling baik saat masa kanak-kanak tengah.
-          Egosentrisme berkurang  terkait  perkembangan mora tetapi masih tidak memandang motif dalam dilema moral karena masih berfikir secara logis dan konkgrit jadi masih melihat konsekuensi dari tindakannya.
-          Anak-anak berfikir logis dan kongkret.
-          Ingatan dan keterampilan bahasa meningkat.
-          Kognitif yang meningkat membantu anak saat di sekolah.

B.      Perkembangan Fisik dan Kognitif
1.       Perkembangan Fisik
Aspek perkembangan Fisik: Pertumbuhan, Gizi dan Tidur , Motorik.
1.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan masa kanak-kanak tengah terjadi sangat lambat tapi menghasilkan perubahan yang signifikan banyak yang ketika usia 11 tahun sudah seperti orang dewasa. Otgen dkk mengatakan dalam papalia (2008) bahwa anak-anak tumbuh 5 – 8 cm tiap tahun dan meningkat drastis pada usia 11 tahun, anak perempuan mempertahankan lapisan lemak lebih banyak dari pada laki – laki.
1.2. Gizi dan Tidur
Anak sekolah butuh setidaknya 2400 kalori untuk mendukungnya saat beraktivitas, kebutuhan untuk tidur itu sekitar 11 jam perhari di usia 5 tahun , 10 jam pada usia 9  tahun dan 9 jam pada usia 13 tahun. Terdapatnya fenomena insomnia pada anak-anak pun bisa disebabkan karena kualitas tidur yang tidak baik dan gizi.





1.3. Perkembangan Motorik
Motorik sudah meningkat , namun tidak pada masyarakat transisi yang belum mengenal tulisan sudah bekerja anak-anak ini banyak disibukkan oleh pekerjaan rumah tangga,  terutama anak perempuan yang mempunyai waktu lebih sedikit dari pada pria untuk melakukan permainan fisik yang dapat mengasah kemampuan motoriknya (Larsin & Verna, 1999 dalam Papalia, 200 ). Keterbatasan dari  jumlah permainan fisik dan mulai meningkatnya teknologi seperti gadget pun sebenarnya dapat menghambat perkembangan motorik pada anak-anak masa tengah contoh anak sekarang lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam untuk memainkan gadget atau menonton tayangan televisi.

1.3.1.        Perkembangan Motorik
Usia 6 tahun
è  P: lebih unggul dalam keakuratan pergerakan ; L: unggul dalam tindakan-tidakan yang ga begitu rumit dan bertenaga.
è Bisa melompat.
è Anak-anak dapat melempar benda dengan peralihan berat badan yang tepat.
Usia 7 Tahun
è Keseimbangan satu kaki tanpa melihat.
è Dapat berjalan pada papan keseimbangan selebar 5 cm.
è Anak-anak dapat melompat sambil membuka kaki kemudian menutup kembali dengan akurat.
Usia 8 tahun
è Anak-anak mempunyai kekuatan menggenggam sebesar 5 kg.
è Jumlah permainan yang dimainkan oleh anak-anak perempuan dan laku-laki merupakan jumlah terbesar dalam masa ini.
è Anak-anak dapat berjingkrak dalam ritme  silih berganti pola 2-2, 2 – 3 , 3 – 3.
Usia 9 tahun
è Anak L: berlari 5 meter per sekon
è Anak L: Melempar bola sejauh 21  Meter
Usia 10 tahun
è Anak-anak dapat menilai dan mecegah jalur bola yang dilempar pada jarak tertentu.
è Anak perempuan berlari 5 meter per detik.


Usia 11 tahun
Anak laki-laki melompat sejauh 1,5 meter dan perempuan kurang dari 1,8 meter.

1.4. Bermain di Waktu Istirahat
Permainan Fisik dimana sifat permainan yang dimainkan adalah informal dan diatur secara spontan atau  mengikuti aturan yang ada.
Permainan kekacauan dan kekasaran adalah permainan penuh semangat seperti bergulat, menendang, saling menjatuhkan, bergumul, dan mengejar , sering diiringi tawa dan teriakan. Pellegrini & Pellegrini , 1998 dalam Papalia, mengatakan bahwasanya permainan kekacauan dan kekerasan ini membantu anak dalam bersaing untuk mendominasi dengan mengukur kekuatan dirinya dan orang lain melalui permainan ini.
Olah raga yang terorganisir dilakukan anak-anak setelah mereka terlampau besar untuk mengikuti kegiatan permainan kekacauan dan kekerasan. Menurut penelitian di AS yang berusia 9 – 13 tahun anak-anak mulai melibatkan diri dalam olah raga terorganisir contohnya sepak bola, softball, basket (Duke et al., 2003 dalam Papalia, ).  Untuk mengembangkan kemampuan motorik mereka diharapkan olah raga dapat bervariasi agar anak bisa menyesuaikan latihan dan mengembangkan kemampuan motoriknya sendiri.
1.5. Kesehatan dan Kebugaran
Masalah Kelebihan berat badan atau obesitas
Terjadi pada anak-anak karena hasil kecenderungan bawaan atau genetis dan terlalu sedikit berolah raga atau makan terlalu banyak (AAP Committeof Nutrition, 2003 dalam Papalia, ). Makanan yang diperoleh lebih banyak adalah makanan cepat saji yang memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang tinggi (Bowman dkk, 2004 dalam Papalia, ). Anak anak usia sekolah saat ini banyak menghabiskan waktu di rumah dan menghabiskan waktu yang sedikit untuk bermain di luar ruangan dibanding anak-anak usia tengah 20 tahun lalu (Juster et al, 2004 dalam Papalia, ).
Kenapa dihawatirkan ? kelebihan berat badan merupakan kelemahan bagi anak-anak usia sekolah, anak-anak yang mengalami obesitas tertinggal dari teman-teman sekolahnya dalam fungsi sosial dan fisik ketika usia 10 tahun , menurut penelitian longitudinal pada SD Victoria (William dkk, 2005 dalam Papalia, ). Anak-anak dengan obesitas sering menderita secara emosional , memiliki resiko pada masalah prilaku, depresi, dan harga diri yang rendah. Selain itu kecenderunngan menjadi orang dewasa yang obesitas pun menjadi lebih tinggi pada anak-anak yang mengalami obesitas.




1.6. Masalah medis lainnya :
-          Masalah Pendegaran dan penglihatan
Anak usia sekolah penglihatannya lebih tajam dibanding ketika balita , anak-anak usia 6 tahun cenderung lebih sulit melihat dari jarak dekat. Pada usia 6 tahun penglihatan akan lebih teliti  dan sudah terorganisasi dengan baik.
-          Masalah Pernafasan :
Penyakit yang menyerang saluran pernafasan , contohnya adalah penyakit asma adalah penyakit pernapasan kronis yang dicirikan dengan serangan batuk dan pernapasan yang parau (bengek), kesulitan bernapas mendadak.


2.       Perkembangan Kognitif 
Menggunakan pendekatan piaget , menurut tahap perkembangan kognitif piaget anak usia 7 – 12 tahun memasuki tahap oprasional kongkret dimana mereka bisa menggunakan berbagai operasi mental seperti penalaran, pemecahan masalah tetapi yang bersifat kongkret atau nyata contohnya Melakukan operasi penjumlahan dengan alat peraga balok, mencari sarung tangan yang hilang, anak anak pada usia ini bisa berfikir dengan logis karena egosentris mulai menurun, tapi masih batas situasi nyata pada saat itu.

2.1. Kemajuan Kognitif
2.1.1.        Hubungan spasial sebab  - akibat
Dalam ini anak mengalami kemajuan saat pemahaman ruang , anak-anak dapat menentukan seberapa jauh jarak dari satu tempat ke tempat yang lain dan berapa lama untuk mencapai ke sana , pengalaman memegang peranan penting karena semakin sering anak tersebut mendapat pengalaman tentang rute suatu tempat kemampuannya secara spasial akan makin baik. Baik dalam mengkomunikasikan rute atau membaca peta. Penilaian sebab akibat pun meningkat ketika usia 5 – 12 tahun diminta untuk meramalkan tuas dan timbangan akan bekerja dalam kondisi bervariasi anak lebih tua memberikan jawaban lebih benar dibanding anak yang lebih muda.
Contoh kemajuan spasial :
Anna dapat menggunakan peta atau model untuk mencari objek tersembunyi dan setelah itu bisa memberikan arahan untuk menemukan objek kepada orang lain, dapat mengetahui jalan menuju sekolah dan memperkirakan waktu dan jarak
Contoh Kemajuan sebab akibat:
Douglas mengetahui atribut fisik suatu objek dalam setiap sisi timbangan akan mempengaruhi hasil contoh nya berat dari objek mempengaruhi tapi warna tidak.



2.1.3.        Pengelompokan :
Mencakup kemampuan untuk seriasi (mengurutkan), Penyimpulan transitif, Inklusi kelas. Contohnya pengelompokan adalah : anak mulai bisa mengelompokkan sesuatu berdasarkan warna, ukuran, dia mengatakan bahwa mawar itu adalah sub kelas bunga.

2.1.4.        Seriation (mengurutkan)
Dimana mereka dapat menyusun objek berdasarkan urutan berdasarkan salah satu dimensi misalnya berat, ukuran, misalkan menyusun benda dari yang ukurannya paling besar sampai paling kecil à mereka bisa mengurutkan menjadi satu dimensi. Usia 7 – 8 tahun mereka sudah mampu memahami hubungan antara satu kelompok benda ex : tongkat sehingga setelah melihatnya mereka bisa menyusunnya.
2.1.5.        Penyimpulan transitif
Kemampuan menyimpulkan hubungan antara dua objek dari hubungan kedua objek dengan objek ke-3.
Contohnya: catrine dapat menyusun kelompok tongkat dalam urutan dari yang pendek sampai yang tinggi (seriation), ketika catrine dihadapkan pada tiga tongkat berwarna kuning, hijau, dan biru ia ditunjukan melalui seriaton tadi bahwa tongkat kuning adala urutan ke 3 , hijau urutan ke 2, dan tongkat biru urutan ke 1, saat intruksinya adalah mengurutkan dari yang paling pendek ke paling tinggi , maka secara langsung katrine dapat mengetahui bahwa tongkat kuning itu lebih panjang dari tongkat hijau dan tongkat hijau itu lebih panjang dari tongkat biru (Champman & LidenBerger, 1988; Piaget & Inhelder, 1967 dalam Papalia,2008 ).
2.1.6.        Inklusi kelas
Kemampuan anak memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Piaget, 1964 dalam Papalia 2008,  mengatakan:
“Anak usia praoprasional diperlihatkan 10 tangkai bunga berisi 7 mawar dan 3 anyelir dan ditanyai apakah lebih banyak mawar atau lebih banyak bunga , mereka menjawab lebih banyak bunga mawar , karena mereka membandingkan mawar dengan anyelir bukan dengan keseluruhan bunga. Pada usia 7 – 8 tahun anak mulai memahami bahwa mawar adalah sub kelas bunga oleh karena itu dia tidak mengatakan bawar lebih banyak dari bunga.
2.1.7.        Penyimpulan Induktif dan Deduktif
Penalaran Induktif à mulai dengan mengamati partikular kelas orang-orang, hewan, objek, subjek dan kejadian kemudian mereka melakukan penyimpulan dari yang khusus tersebut kedalam satu kesimpulan umum secara keseluruhan. Jadi penalan induktif adalah penalaran yang dimulai dari penalaran partikuler kemudian disimpulkan jd penalaran secara umum.


c/: Kucing teri mengeong, kucing adri dan tyara pun mengeong, lalu kucing yang kutemui dijalan pun mengeong, maka kesimpulannya adalah semua kucing mengeong.
Penalaran deduktif à jenis penalaran yang dimulai dari premis umum mengenai sesuatu kelas ke kesimpulan mengenai suatu anggota partikular atau anggota kelas.  Contoh : mamalia berkembang biak dengan melahirkan à anjing , tikus, paus, kucing adalah binatang mamalia dan semuanya berkembang biak dengan cara melahirkan.


2.1.8.        Konservasi
Contoh : Pelive dan Patricia pada usia 7 tahun mengetahui bahwa sebuah bola tanah liat dibentuk menjadi bentuk sosis dan bentuk lain maka jumlahnya akan tetap sama
(konservasi substansi). Pada usia 9 tahun mereka mengetahui bahwa bola dan sosis punya berat yang sama. Pada saat remaja mereka dapat mengetahui jumlah air yang dipindahkan itu sama walaupun bejana yang digunakan berbeda bentuknya.

2.1.9.        Angka dan Matematika
Usia 6 – 7 tahun banyak anak bisa menghitung di kepala mereka , contohnya saat menghitung lebih dari 10 , 10 + 7 maka mereka menghitung dengan cara menaruh 10 di otak dan 7 di jari lalu mereka mulai menghitung dari 10, 11, 12 dan seterusnya.
Usia 9 tahun dapat menyelesaikan permasalahan matematika soal cerita sederhana.


2.1.1 Penalaran Moral
Piaget (1932) dalam papalia (2008) , tahapan perkembangan moral berajalan pada dua tahap utama yakni convensional dan praconventional. Pra konvensional ini terjadi ketika usia anak (2-7) tahun dimana dilema moral ini dinilai secara egosentrisme, orientasi perilaku bermoral masih pada kepatuhan dan yang membedakannya adalah menilai benar salah masih dengan konsekuensi tindakan bukan menilai motif, beranggapan bahwa aturan itu adalah sesuatu yang absolut harus ditaati. Tahap kedua adalah tahap conventional morality (7-12) dimana anak memandang dilema moral tidak satu sudut pandang lagi, dan aturan tidak dipandang lagi sesuatu yang absolut harus ditaati , aturan bisa diubah dan mulai menilai motif. Tahap kedua ini dicirikan dengan fleksibilitas dan kelonggaran. Pada masa kanak-kanak tengah seharusnya sudah pada tahap ke- 2.





3.           Pendekatan Pemrosesan Informasi
Anak mulai mengalami peningkatan yang signifikan dalam kemampuan mereka memproses dan mempertahankan informasi. Kecepatan memproses suatu tugas dari mulai mencocokkan gambar, menambah angka di kepala, menngingat informasi keruangan meningkat pesat karena sinaps dalam otak yang tidak diperlukan di potong. Anak anak sekolah mulai memahami bagaimana ingatan berfungsi dan dapat menggunakan strategi dan teknik yang disengaja untuk membantu mereka mengingat. Sejalan dengan informasi yang makin banyak mereka terima oleh karena itu perhatian mereka akan lebih spesifik.
3.1.      Memori dan Ingatan
Usia 5 -7 tahun lobus frontalis berkembang dan peningkatan signifikan memungkinkan peningkatan pada kemampuan mengingat kembali dan meta memori (pemahaman mengenai proses ingatan) dan meta kognisi (kesadaran seseorang dengan mentalnya sendiri).
3.2.      Strategi untuk mengingat
1.       Strategi Mnemonic                 à berbagai alat yang membantu untuk ingatan , paling umum digunakan di anak SD adalah penggunaan alat bantu ingatan eksternal c/ model belajar, berbagai strategi mnemonic umum à reheaersal (pengulangan), elaborasi, organisasi
2.       Mencatat no telepon, membuat daftar, mengatur alarm itu adalah strategi eksternal .
3.       Contoh: mengucapkan nomor berulang-ulang (rehearsal dengan chunk), menempatkan informasi kedalam kelompok-kelompoknya, elaborasi à anak-anak mengaitkan apa yang dipelajari dengan sesuatu yang lain

3.3. Perhatian selektif
Anak-anak usia sekolah dapat berkonsentrasi lebih lama, mereka perlu memusatkan pemikiran mereka untuk menyaring informasi tidak semua informasi ke email bppm.Anak-anak kelas 5 lebih mampu dr kelas lain. Diantaranya dia bisa melakukan selective attention dengan wawancaranya , bentuk dll.

4.           Perkembangan Psikososial
       Piaget: anak berada dalam tahap sistem representasional
Sistem representasional: perkembangan definisi diri yang dicirikan dengan keluasan, keseimbangan, serta integrasi dan penilaian berbagai aspek diri.
       Erikson: anak usia middle childhood berada pada tahap  Industry vs inferiority
       Perkembangan anak tergantung pada feedback significant others
                “Anak-anak harus mempelajari keterampilan produktif yang diperlakukan budaya mereka atau mereka akan menghadapi perasaan rendah diri.”
Anak-anak membandingkan kemampuan mereka dengan teman sebayanya: jika tidak memadai bisa menarik diri ke keluarga yang melindunginya, jika terlalu rajin bisa mengabaikan hub sosial dan menjadi workaholic.
4.2. Perkembangan Sosial dan Perilaku Prososial
-          Karakteristik Perkembangan Psikososial masa kanak-kanak tengah
-          nKonsep diri jadi lebih kompleks , mempengaruhi self esteem à pujian prestasi
-          Terjadi Coregulation yang mencerminkan peralihan kontrol dari orang tua ke anak secara perlahan.
-          Teman sebaya Penting.


Anak usia tengah mulai Menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat memahami secara lebih baik dan mengatur emosi negatif. Empati dan perilaku sosial meningkat. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh berbagai reaksi orang tua untuk memperlihatkan emosi negatif. Pengendalian emosi melibatkan usaha untuk mengontrol emosi, perhatian, dan perilaku.
4.3. Anak dalam Keluarga
-          Anak cenderung menghabiskan waktu luang mereka jauh dari rumah, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan mereka. Namun, rumah dan keluarga tetaplah bagian yang penting di dalam hidup anak.


-          Lingkungan keluarga memiliki 2 unsur utama: struktur dan suasana keluarga (brofenbrenner).
-          Keadaan keluarga: Masa perkembangan anak usia tengah adalah masa anak memasuki masa coregulation, yang berarti orang tua dan anak akan berbagi wewenang.
-          Coregulation adalah masa transisi dari pengaturan tingkah laku yang mana orang tua akan cenderung melakukan pengawasan dan anak-anak akan melatih dalam pengaturan diri sendiri.
-          Cara orang tua membawa anak dalam masa coregulation akan mempengaruhi cara orang tua dalam mempraktekkan kedisiplinan
-          Cara orang tua dan anak bekerja sama dalam proses menyelesaikan konflik lebih penting daripada penyelesaian konflik itu sendiri.
-          Mereka juga belajar konflik seperti apa yang layak diperdebatkan dan strategi apa yang efektif.
-          Efek orang tua yang bekerja: Umumnya, semakin seorang ibu merasa puas terhadap pekerjaannya, semakin bagus pula kinerjanya berperan sebagai orang tua.
-          Namun, sesungguhnya, hal yang lebih diutamakan adalah sebaik apa seorang orang tua untuk mengenal dan mengikuti perkembangan anaknya yang akan lebih penting bagi anak.

4.       Keluarga dengan tingkat ekonomi yang lemah cenderung kurang memeperhatikan anak dan berakibat pada prestasi belajar di sekolah dan adaptasi sosial yang kurang baik.
5.       Namun, orang tua yang mendapat dukungan dari pihak keluarga atau lingkungan, memperoleh bantuan dalam pengasuhan anak, akan dapat mengasuh anak dengan baik

Struktur Keluarga

       Anak adopsi: anak yang diadopsi pada masa bayi lebih dapat beradaptasi dengan baik dibandingkan anak yang diadopsi pada usia tengah.
       Orang tua yang bercerai: Anak yang lebih muda akan lebih cemas dalam menghadapi perceraian orang tuanya, karena mereka kurang memiliki persepi yang jelas tentang penyebab perceraian tersebut.
       Anak dalam usia sekolah sangat sensitif terhadap tekanan dari orang tua dan konflik loyalitas.

       Masalah emosional atau perilaku dapat terjadi disebabkan karena anak menyaksikan atau merasakan adanya konflik di antara orang tua, baik sebelum atau setelah perceraian, dan dari perpisahan itu sendiri.
       Single parent: penelitian menunjukkan bahwa dengan kebijakan keluarga yang mendukung disertai keadaan keluarga, baik secara finansial ataupun sosial, anak yang tinggal dengan orang tua tunggal dapat menjadi lebih mandiri dan berkembang lebih pesat dibandingkan anak yang mempunyai  dan tinggal dengan orang tua lengkap.
       Keluarga tiri: Perkembangan anak pada masa usia tengah dengan orangtua tiri mereka biasanya mudah terganggu karena kebiasaan yang telah dimiliki anak dengan keluarga kandungnya. Mereka sulit menerima orang baru.
       Semakin banyak orang baru di kehidupan sang anak,  maka sang anak semakin membutuhkan perhatian dari orang tua mereka.

       Perkembangan dan perilaku anak dalam lingkungan sosial anak sangat dipengaruhi oleh kebijakan orang tua dalam membagi waktu, memberi perhatian, dan menjelaskan kepada anak bagaimana struktur keluarga barunya saat ini.

Hubungan Persaudaraan

       Hubungan saudara akan mulai tampak ketika anak memasuki masa usia tengah yaitu berumur 7 atau 9  tahun.
       Biasanya hubungan yang tampak dapat berupa kasih sayang, cemburu, atau pun kompetisi pada diri anak terhadap saudaranya.
       Hal ini sangat bergantung kepada bagaimana orang tua mengasuh anak sehingga anak dapat memberi respon positif kepada saudaranya.


Laporan Hasil Observasi, Wawancara dan Klip
Isu perkembangan yang ingin kami buktikan pada observasi dan wawancara ini adalah teori perkembangan kognitif piaget dan Psikolosial Erickson.
Alasan Pemilihan Teori                 :
6.       karena kami tertarik dengan pembahasan mengenai kemajuan kognitif yang kompleks yang terjadi pada masa middle childhood.
7.       Kami merasa isu perkembangan kognitif piaget yang lebih gampang untuk dibuat setting pengamatan dan observasi.
8.       Teori piaget mengenai pembahasan kemajuan kognitif dirasa lebih komprehensif dari teori kognitif lainnya.
Alasan Pemilihan Subjek             :
9.       Subjek masih berusia 10 tahun dan sesuai dengan range usia yang dikemukakan Piaget dalam catatannya.
10.   Subjek berlatarbelakang keluarga yang sudah mengalami perceraian dan menarik untuk dilakukan penelitian.

Hasil Penelitian:
Subjek bernama Evi lahir pada tanggal 22 April 2004 anak dari ibu Ernawati Elizabet ini sekarang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, sebenarnya subjek seharusnya berada di Kelas 4 tingkat sekolah dasar namun subjek harus mengulang kelas karena alasan tertentu. Berasal dari status ekonomi sedang. Ibu Evi seorang single parrent yang sebelumnya sudah menikah sebanyak dua kali. Evi mempunyai 2 sodara tiri , yang pertama adalah kakak perempuan yang sudah bekerja dan kakak laki-laki yang masih mengecap bangku kuliah. Berdasarkan wawancara terhadap significant others dari evi mengenai kegiatan yang dilakukan setiap hari didapatkan hasil sebagai berikut:
BY           : “Evi kalau dirumah ngapain aja kang? “
FJ            : “Paling dia main sama temen-temennya kalau libur dan kalau sekolah ya sekolah   tapi kalau dirumah susah banget belajar, jadi ya gitu sempet ga naik kelas”
BY           : “Evi dirumah paling deket sama siapa? “
FJ            : “Sama mamanya, soalnya saya galak” bahkan ketika dimarahi subjek selalu menangis , tambahnya.
BY           : “Disekolah Evi bagaimana?”
FJ            : “Evi pendiam kalau kata teman-temannya”



Hari itu kami tidak mulai secara langsung prosesi pembuatan klip dikarenakan ada penyesuaian khusus yang harus kami lakukan kepada subjek. Alasan pertama adalah subjek belum mengenal kami dalam tahapan perkembangan psikososial Ericson anak yang memasuki tahapan industy Vs Inferiority sangat bergantung pada feedback significant others termasuk teman sebaya nya, mungkin saja karena kami bukan significant others untuk subjek , subjek membatasi diri dan terlihat malu-malu. Subjek menunjukkan perilaku penolakan saat dimintai tolong pertama kali ditunjukkan dengan perilaku berlari kesana-kemari, subjek membawa gadgetnya yaitu PSP, subjek memegang PSP nya dan sedikit tidak menghiraukan kami, lalu subjek memainkan PSP nya sambil tidur-tidur- an. Dari perilaku yang diperlihatkan subjek kepada  kami subjek terlihat menghindari kami , terlebih karena ini kali pertamanya kami bertemu dengan subjek dan kami tidak terlihat seperti teman sebaya-nya. Dalam tahap perkembangan psikososial tahap basic trust Vs Misstrust (dalam papalia, ) perilaku  subjek yang melakukan defense saat kami bersama dia ini mungkin dilakukan untuk memperoleh rasa trust kepada orang baru.

Satu Jam berlalu dan subjek terlihat mulai bergabung dengan kami pada saat kami mempersiapkan alat-alat untuk membuat klip, membantu mewarnai gelas aqua dan lainnya.

Kami memulai dengan tes yang pertama :
1.       Kemajuan kognitif Seriation dan Inklusi Kelas
Dijelaskan dalam teorti diatas bahwa anak usia tengah mengalami beberapa kemajuan kognitif yakni seriation dan inklusi kelas, seriation diartikan sebagai kemampuan mengurutkan. Contoh : mengurutkan dari yang besar ke yang kecil dll, dan sudah bisa membandingkan bahwa benda pertama dua kali lebih besar dari benda kedua dan benda kedua dua kali lebih besar dari benda ke tiga. Kemampuan inklusi kelas adalah memasukkan benda dalam kategori-kategori seperti dalam contoh diatas mengkategorikan bunga anggrek kedalam bunga.
Tes Seriation dan Inklusi Kelas
a.       Seriation

11.   Media                           : Gelas Aqua berwarna hijau, oranye, coklat dan hitam.
12.   Deskripsi                      : Peneliti memberikan gelas warna-warni berisi air dengan volume yang berbeda masing-masing gelasnya. Lalu subjek diminta untuk mengurutkan ke-4 gelas aqua tersebut dari yang paling banyak ke yang paling sedikit isi volume airnya.
13.   Perilaku subjek         : subjek terlihat mengamati air dari warna nya dan mulai mengurutkannya , subjek nampak tidak kebingungan saat mengurutkannya karena dari warna pun sudah terlihat mana yang paling banyak dan paling sedikit, lalu subjek mengurutkan urutan ke 2  dengan membandingkan dengan 1 gelas aqua lagi yang belum menempati urutan.


Dalam fenomena ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan subjek untuk seriasi telah dimiliki dimana subjek membandingkan dahulu mana yang lebih sedikit dan mana yang lebih banyak. Setelah dapat urutan pertama subjek membandingkan dengan 2 gelas yang belum mendapat urutan untuk tentukan urutan ke 2 dan membandingkannya lagi dengan satu gelas lagi yang belum mendapat urutan. Hal ini sejalan dengan teori tentang kemajuan kognitif yang terjadi pada masa kanak-kanak tengah.

b.      Tes Inklusi Kelas
Media                   : Crayon berwarna
Deskripsi              : Subjek diberikan istruksi untuk memilik warna pelangi , dan menyimpannya dengan terpisah dengan warna crayon lainnya.
Perilaku subjek : Subjek dalam waktu kurang dari satu menit sudah bisa memilih tiga warna pelangi yaitu, merah , kuning, hijau dan menyimpannya terpisah dari warna crayon yang sudah dipilihnya sebagai warna pelangi.

                Hal ini pun menunjukkan mengenai kemajuan kognitif yang sudah didapatkan yakni melakukan inklusi kelas. Sebelumnya dia memiliki pengetahuan dahulu mengenai warna pelangi yang dilihatnya dari film kartun lalu dibentuknya menjadi skema bahwa warna pelangi itu merah, kuning, hijau, hal ini terjadi sejalan dengan teori Piaget (1938) dalam papalia () mengenai anak yang sudah sampai pada usia 7 – 12 tahun itu termasuk kedalam tahap operational kongkret artinya dia bisa melakukan operasi mental selama ada sesuatu hal atau pengalaman kongkret hal ini terkait kemampuan anak dalam penyelesaian masalah.
c.       Tes kemampuan bilangan
Media                   : piring, tahu isi, peneliti
Deskripsi              : subjek diberikan permasalahan matematis sederhana mengenai penjumlahan tahu, memakai media nyata.
Perilaku subjek : ketika itu subjek mampu menjawab pertanyaan peneliti dengan menghitung jumlah tahu isi nya, mengurang  menambahkan dan membagi, pada saat proses mencari hasil subjek terlihat menghitung jumlah tahu nya .
Perilaku subjek diatas menunjukkan dan mempertegas bahwasanya kemampuan nya masih pada taraf operasional konngkrit dimana menurut Piaget (1938) dalam papalia bahwa subjek mampu menyelesaikan permasalahan matematis apabila ada pengalaman dan benda konkretnya.





Kesimpulan secara keseluruhan:
Subjek mengalami pertumbuhan yang sesuai usianya , tubuh subjek cukup proporsional untuk anak usia 10, hanya saja kami sulit membedakan subjek laki-laki atau perempuan dikarenakan rambut subjek yang dipangkas pendek. Subjek masih senang bermain dengan teman-temannya dibanding bermain dengan kakakn-nya dirumah dan meghabiskan waktu dengan membaca buku pelajaran hal ini didukung dengan asumsi tentang hubungan anak dalam keluarga pada masa kanak-kanak dimana “Anak cenderung menghabiskan waktu luang mereka jauh dari rumah, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan mereka. Namun, rumah dan keluarga tetaplah bagian yang penting di dalam hidup anak”. Ditunjukkan dengan frekuensi bermain yang lebih sering dari pada berada di rumah, (dalam Papalia dkk, ). Akibatnnya prestasi akademik subjek menurun dan sempat tidak naik kelas,  jika dikatakan  oleh Ericson dalam Papalia () bahwa pada tahap industry Vs Inveriority anak akan mempuanyai sifat industry ketika dia pernah mengalami keberhasilan, dan akan sedikit inferior ketika menghadapi kegagalan. Hal ini ditunjukkan sedikit oleh Evi ketika bertemu dengan kami dia sedikit menarik diri dan seolah-olah menghindari permainan yang kami maksudkan untuk mengetes evi waktu itu.
Subjek mengalami kemajuan kognitf seperti dikemukakan Piaget  dalam teori pembahasan sebelumnya yakni seriasi, inklusi kelas, oprasi bilangan kongrit. Ditunjukkan dengan kemampuannya menyusun air dalam gelas warna , kemampuannya memilih warna pelangi.
Perkembangan anak pada tahap ini sangat bergantung pada feedback significant other yang tepat, ketika merespon tidak sesuai maka bisa dipastikan salah satu diantaranya ada yang tidak sesuai, tapi bukan berarti ini adalah sesuatu yang harus dan tetap, bisa berubah karena ada faktor lainnya yakni lingkungan dan dalam diri pribadi, oleh karena itu penting bagi psikolog untuk pelajari semuanya secara keseluruhan bukan satu-satu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar