Pengantar
Psikodiagnostik I (Part I)
Setelah
melewati hari demi hari kuliah di semester 2 dan 3 dengan statistik 1 dan 2
juga metodologi penelitian 1 dan 2 , yang dikatakan mba Elok Dinaike Malay
(dosen Metpen I dan II) mengatakan bahwa “kalian harus suka kedua-dua nya
ketika dihadapkan pada pilihan mana yang lebih disukai antara statistik dengan
metpen, maka kalian harus jawab dua-duanya. Metpen dan statistik itu pacaran,
jadi mau tidak mau kalian telan lah keduanya itu kalau mau cepet lulus”.
Teringat hal itu kemudian Mas Setta Wicaksana (salah satu dosen psikodiagnostik
I) seolah membawa pada ingatan akan metpen dan Statistik mengatakan bahwa
“Psikodiagnostik itu anggap saja lanjutan dari metpen sama statistiknya, semoga
kelas ini lulus semua ya statistik nya” , saya menganggapnya bercanda tapi
setelah mas Setta memaparkan materi yang akan dipelajari selama satu semester
ini ternyata semuanya berkisar tentang Test.
Bak
putri yang dibangunkan dari singgahsana kerajaan dan dipindahkan ke pedalaman
ethiophia begitu lah sensasi saat melihat materi yang akan dijadikan bahan ajar
semester ini. Konsep dasar test psikoloogi, test individu dan populasi khusus,
test kemampuan mental, test populasi khusus dan test-test lainnya yang tak
kalah menarik. Dalam hati berkata “ya tuhan , kasihan sekali manusia ini dari
awal lahir sampai penghujung usia nya dapat test terus karena ke KEPO-an
(Knowing Every Particular Object) dari para ilmuan-ilmuan yang penasaran dengan
berbagai hal tentang manusia”. Agak
sangsi sih apabila seluruh aspek manusia ini hanya dijelaskan degan angka-angka
yang keluar dari hasil test itu, keberagaman aspek dalam satu individu saja kan
sudah banyak sekali, ditambah individu itu menempati setiap lingkungan yang
berbeda pula, baik negara, kota, rumah, lingkungan bermain, kerja dan lain-lain.
Kenapa saya katakan sangsi karena selama ini seperti kita ketahui bahwasanya
rujukan-rujukan dari Ilmu Psikologi kita itu sangat berkiblat ke barat karena
di Indonesia itu sendiri tak ada, alih-alih menyamakan kedudukan sebagai
manusia yang memiliki struktur fisiologis yang sama dan melupakan faktor
lainnya seperti budaya dan tempat dimana dia tinggal masalah barat dan timur
sudah tak berarti lagi karena yang akan di ukur kan individu nya saja. Padahal
individu dalam satu lingkungan saja mungkin sangat berbeda misalkan individu di
rumah A mereka belatar belakang keluarga pejuang 45 yang kakeknya ekstrimis dan
selalu bercerita penderitaannya saat perang waktu itu, dan keluarga B yang
merupakan keluarga latar belakang pe bisnis yang harus memutarkan uang 1,5
trilyun tiap harinya. Terlebih kita yang dari “barat” dan “timur “ saja sudah
berbeda, sedangkan para ilmuwan itu menciptakan alat test dan dicoba nya di
barat seiring berkembangnya psikologi di negara eropa.
Apa
hal tersebut tak jadi polemik saat alat test itu pun digunakan oleh kita
sebagai rujukan untuk mengetahui manusia di timur, bukan ekstrimis tapi melihat
komponen pembentuk manusia itu tak hanya fisiologis tapi budaya, keluarga,
etnis dan lainnya tentunya hal ini harus jadi perhatian kita yang akan menjadi
psikolog, terutama psikolog sekarang sangat suka dengan angka-angka skor dari
alat test ini yang bisa memberikan data untuk mereka tentang gambaran
masing-masing manusia. Padahal psikolog itu bukan lah seorang Fisikawan dan
ilmuwan scientific lainnya yang memang sudah jelas ketika akan menghitung
seberapa cepat mobil melaju pastilah hasilnya angka, tapi ketika memercayai
sepenuhnya gambaran tentang manusia dengan angka-angka di skor alat test apa
sesederhana itu?
Part I Aturan Kelas :
Seperti
biasa saat hari pertama kelas dimulai semuanya masih terasa sama seperti
semester III , seperti belum move on dari semester III maka mahasiswa hari ini
masih terlihat sangat santai dan ya seperti pertemuan pertama biasanya
mahasiswa pasti mengira sama seperti SMA “paling masih perkenalan” jadi masih
santai-lah. Tapi tidak sepertinya hari ini Mas Setta beda seperti biasanya ,
menurutnya kita itu terlalu banyak membuang-buang waktu dan sedikit leha-leha,
seperti menyerukan untuk lir-ilir mas Setta mau memulai semuanya dari hari ini
dan benar saja dia membuat kami terkejut dengan membuat kontrak belajar atau
aturan main selama proses belajar.
Menurutnya aturan itu sangat penting supaya kami satu sama lain tidak
ada yang merasa dirugikan dan menghargai apa yang sudah diinfestasikan di
kampus ini “orang tua kalian tentu bayar uang yang banyak kan kuliah di UP ini”
begitu lah apa yang beliau ucapkan, apa saja aturan mainnya, check this out!!!
1. Aturan main kali ini di buat dan di fokuskan pada
Individu seutuhya tidak ada lagi kelompok dan menilai individu karena
keanggotaannya dalam suatu kelompok, bukannya tak mengajarkan untuk kerja sama,
tapi ini semata-mata dibuat karena menilai dari track record kelas kami
sebelumnya yang selalu ada free rider maka hal ini diputuskan. Dan mungkin agar
mahasiswa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri saja, beliau juga
mengatakan bahwa “nilai itu bukan saya yang memberikan, tapi andalah yang membuatnya” seperti tokoh goblin dalam spider-man beliau
membicarakannya didepan kelas(upss).
2.
Aturan
kedisiplinan :
-
Absensi dan keterlambatan itu maksimal 3
kali dan untuk toleransi keterlambatan hanya selama 30 menit.
“Saya
tahu masalah di indonesia itu sebenarnya bukan sesuatu yang pelik , hanya
karena kita sudah terbiasa dengan budaya tak disiplin , tidak menempatkan
sesuatu pada semestinya maka kerugian pun bukan dirasakan oleh kita tapi orang
lain, contohnya saat kita bekerja nanti mungkin saja karena keterlambatan kita
itu kita merugikan rumah sakit tempat kita praktik karena kehilangan satu
pasien terapi nya hanya disebabkan keterlambatan kita” begitu lah rasionalisasi
nya saat beliau menjelaskan tentang aturan ini. Dan tidak tanggung-tanggung
untuk point ini siapa pun yang melanggar akan diberinya nilai D.
3.
Aturan
Tugas:
a. Individu,
terdiri dari:
-
Tugas
review blog mata kuliah setelah dipelajari dengan deadline 1 hari setelah
kelas.
-
Tugas membuat resume materi yang akan
dipelajari minggu berikutnya dengan dead line 4 hari setelahnya.
Tidak ada lagi tugas kelompok, dan semua
penilaian terfokus pada individunya, tergantung keinginan kalian mau lulus atau
tidak.
4.
Prosentase
penilaian
a. X
à
diskusi, resume, diskusi resume à 60 %
b. UTSà
20 %
c. UASà
20 %
Bobot paling besar adalah point A karena
itu adalah tahap dimana kita sedang berproses untuk menghadapi UAS dan UTS ,
itu adalah tahap yang mahal.
dih gaje anjir...
BalasHapus