Rabu, 05 Maret 2014

Pengantar Psikodiagnostik 1

Pengantar Psikodiagnostik I (Part I)


Setelah melewati hari demi hari kuliah di semester 2 dan 3 dengan statistik 1 dan 2 juga metodologi penelitian 1 dan 2 , yang dikatakan mba Elok Dinaike Malay (dosen Metpen I dan II) mengatakan bahwa “kalian harus suka kedua-dua nya ketika dihadapkan pada pilihan mana yang lebih disukai antara statistik dengan metpen, maka kalian harus jawab dua-duanya. Metpen dan statistik itu pacaran, jadi mau tidak mau kalian telan lah keduanya itu kalau mau cepet lulus”. Teringat hal itu kemudian Mas Setta Wicaksana (salah satu dosen psikodiagnostik I) seolah membawa pada ingatan akan metpen dan Statistik mengatakan bahwa “Psikodiagnostik itu anggap saja lanjutan dari metpen sama statistiknya, semoga kelas ini lulus semua ya statistik nya” , saya menganggapnya bercanda tapi setelah mas Setta memaparkan materi yang akan dipelajari selama satu semester ini ternyata semuanya berkisar tentang Test.


Bak putri yang dibangunkan dari singgahsana kerajaan dan dipindahkan ke pedalaman ethiophia begitu lah sensasi saat melihat materi yang akan dijadikan bahan ajar semester ini. Konsep dasar test psikoloogi, test individu dan populasi khusus, test kemampuan mental, test populasi khusus dan test-test lainnya yang tak kalah menarik. Dalam hati berkata “ya tuhan , kasihan sekali manusia ini dari awal lahir sampai penghujung usia nya dapat test terus karena ke KEPO-an (Knowing Every Particular Object) dari para ilmuan-ilmuan yang penasaran dengan berbagai hal tentang manusia”.  Agak sangsi sih apabila seluruh aspek manusia ini hanya dijelaskan degan angka-angka yang keluar dari hasil test itu, keberagaman aspek dalam satu individu saja kan sudah banyak sekali, ditambah individu itu menempati setiap lingkungan yang berbeda pula, baik negara, kota, rumah, lingkungan bermain, kerja dan lain-lain. Kenapa saya katakan sangsi karena selama ini seperti kita ketahui bahwasanya rujukan-rujukan dari Ilmu Psikologi kita itu sangat berkiblat ke barat karena di Indonesia itu sendiri tak ada, alih-alih menyamakan kedudukan sebagai manusia yang memiliki struktur fisiologis yang sama dan melupakan faktor lainnya seperti budaya dan tempat dimana dia tinggal masalah barat dan timur sudah tak berarti lagi karena yang akan di ukur kan individu nya saja. Padahal individu dalam satu lingkungan saja mungkin sangat berbeda misalkan individu di rumah A mereka belatar belakang keluarga pejuang 45 yang kakeknya ekstrimis dan selalu bercerita penderitaannya saat perang waktu itu, dan keluarga B yang merupakan keluarga latar belakang pe bisnis yang harus memutarkan uang 1,5 trilyun tiap harinya. Terlebih kita yang dari “barat” dan “timur “ saja sudah berbeda, sedangkan para ilmuwan itu menciptakan alat test dan dicoba nya di barat seiring berkembangnya psikologi di negara eropa.



Apa hal tersebut tak jadi polemik saat alat test itu pun digunakan oleh kita sebagai rujukan untuk mengetahui manusia di timur, bukan ekstrimis tapi melihat komponen pembentuk manusia itu tak hanya fisiologis tapi budaya, keluarga, etnis dan lainnya tentunya hal ini harus jadi perhatian kita yang akan menjadi psikolog, terutama psikolog sekarang sangat suka dengan angka-angka skor dari alat test ini yang bisa memberikan data untuk mereka tentang gambaran masing-masing manusia. Padahal psikolog itu bukan lah seorang Fisikawan dan ilmuwan scientific lainnya yang memang sudah jelas ketika akan menghitung seberapa cepat mobil melaju pastilah hasilnya angka, tapi ketika memercayai sepenuhnya gambaran tentang manusia dengan angka-angka di skor alat test apa sesederhana itu?


Part I Aturan Kelas :


Seperti biasa saat hari pertama kelas dimulai semuanya masih terasa sama seperti semester III , seperti belum move on dari semester III maka mahasiswa hari ini masih terlihat sangat santai dan ya seperti pertemuan pertama biasanya mahasiswa pasti mengira sama seperti SMA “paling masih perkenalan” jadi masih santai-lah. Tapi tidak sepertinya hari ini Mas Setta beda seperti biasanya , menurutnya kita itu terlalu banyak membuang-buang waktu dan sedikit leha-leha, seperti menyerukan untuk lir-ilir mas Setta mau memulai semuanya dari hari ini dan benar saja dia membuat kami terkejut dengan membuat kontrak belajar atau aturan main selama proses belajar.  Menurutnya aturan itu sangat penting supaya kami satu sama lain tidak ada yang merasa dirugikan dan menghargai apa yang sudah diinfestasikan di kampus ini “orang tua kalian tentu bayar uang yang banyak kan kuliah di UP ini” begitu lah apa yang beliau ucapkan, apa saja aturan mainnya, check this out!!!

1.      Aturan main  kali ini di buat dan di fokuskan pada Individu seutuhya tidak ada lagi kelompok dan menilai individu karena keanggotaannya dalam suatu kelompok, bukannya tak mengajarkan untuk kerja sama, tapi ini semata-mata dibuat karena menilai dari track record kelas kami sebelumnya yang selalu ada free rider maka hal ini diputuskan. Dan mungkin agar mahasiswa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri saja, beliau juga mengatakan bahwa “nilai itu bukan saya yang memberikan, tapi  andalah yang membuatnya” seperti  tokoh goblin dalam spider-man beliau membicarakannya didepan kelas(upss).
2.      Aturan kedisiplinan :
-          Absensi dan keterlambatan itu maksimal 3 kali dan untuk toleransi keterlambatan hanya selama 30 menit.



“Saya tahu masalah di indonesia itu sebenarnya bukan sesuatu yang pelik , hanya karena kita sudah terbiasa dengan budaya tak disiplin , tidak menempatkan sesuatu pada semestinya maka kerugian pun bukan dirasakan oleh kita tapi orang lain, contohnya saat kita bekerja nanti mungkin saja karena keterlambatan kita itu kita merugikan rumah sakit tempat kita praktik karena kehilangan satu pasien terapi nya hanya disebabkan keterlambatan kita” begitu lah rasionalisasi nya saat beliau menjelaskan tentang aturan ini. Dan tidak tanggung-tanggung untuk point ini siapa pun yang melanggar akan diberinya nilai D.
3.      Aturan Tugas:
a.       Individu, terdiri dari:
-           Tugas review blog mata kuliah setelah dipelajari dengan deadline 1 hari setelah kelas.
-          Tugas membuat resume materi yang akan dipelajari minggu berikutnya dengan dead line 4 hari setelahnya.

Tidak ada lagi tugas kelompok, dan semua penilaian terfokus pada individunya, tergantung keinginan kalian mau lulus atau tidak.


4.      Prosentase penilaian
a.       X à diskusi, resume, diskusi resume à 60 %
b.      UTSà 20 %
c.       UASà 20 %

Bobot paling besar adalah point A karena itu adalah tahap dimana kita sedang berproses untuk menghadapi UAS dan UTS , itu adalah tahap yang mahal.






1 komentar: