Perkembangan Masa Kanak-kanak Tengah
Dalam buku
Papalia membagi perkembangan masa kanak-kanak tengah dalam beberapa perspektif
pembahasan, yakni perkembangan Kognitif, Perkembangan Fisik, Perkembangan
Psikososial. Berikut dibawah ini adalah teori yang menjelaskan tentang
perkembangan apa yang terjadi pada usia Middle Childhood.
A. Isu Perkembangan Fisik dan Kognitif masa
Kanak-kanak tengah:
Karakteristik:
-
Pertumbuhan melambat
-
Kekuatan dan keterampilan fisik meningkat
(kemampuan motorik)
-
Penyakit yang ada adalah pernafasan dan sangat
umum tapi kesehatan adalah paling baik saat masa kanak-kanak tengah.
-
Egosentrisme berkurang terkait
perkembangan mora tetapi masih tidak memandang motif dalam dilema moral
karena masih berfikir secara logis dan konkgrit jadi masih melihat konsekuensi
dari tindakannya.
-
Anak-anak berfikir logis dan kongkret.
-
Ingatan dan keterampilan bahasa meningkat.
-
Kognitif yang meningkat membantu anak saat di
sekolah.
B. Perkembangan Fisik dan Kognitif
1. Perkembangan Fisik
Aspek
perkembangan Fisik: Pertumbuhan, Gizi dan Tidur , Motorik.
1.1. Pertumbuhan
Pertumbuhan
masa kanak-kanak tengah terjadi sangat lambat tapi menghasilkan perubahan yang
signifikan banyak yang ketika usia 11 tahun sudah seperti orang dewasa. Otgen
dkk mengatakan dalam papalia (2008) bahwa anak-anak tumbuh 5 – 8 cm tiap tahun
dan meningkat drastis pada usia 11 tahun, anak perempuan mempertahankan lapisan
lemak lebih banyak dari pada laki – laki.
1.2. Gizi dan Tidur
Anak sekolah
butuh setidaknya 2400 kalori untuk mendukungnya saat beraktivitas, kebutuhan
untuk tidur itu sekitar 11 jam perhari di usia 5 tahun , 10 jam pada usia
9 tahun dan 9 jam pada usia 13 tahun.
Terdapatnya fenomena insomnia pada anak-anak pun bisa disebabkan karena
kualitas tidur yang tidak baik dan gizi.
1.3. Perkembangan Motorik
Motorik sudah
meningkat , namun tidak pada masyarakat transisi yang belum mengenal tulisan
sudah bekerja anak-anak ini banyak disibukkan oleh pekerjaan rumah tangga, terutama anak perempuan yang mempunyai waktu
lebih sedikit dari pada pria untuk melakukan permainan fisik yang dapat
mengasah kemampuan motoriknya (Larsin & Verna, 1999 dalam Papalia, 200 ).
Keterbatasan dari jumlah permainan fisik
dan mulai meningkatnya teknologi seperti gadget pun sebenarnya dapat menghambat
perkembangan motorik pada anak-anak masa tengah contoh anak sekarang lebih suka
menghabiskan waktu berjam-jam untuk memainkan gadget atau menonton tayangan
televisi.
1.3.1.
Perkembangan
Motorik
Usia 6 tahun
è
P: lebih
unggul dalam keakuratan pergerakan ; L: unggul dalam tindakan-tidakan yang ga
begitu rumit dan bertenaga.
è
Bisa melompat.
è
Anak-anak dapat melempar benda dengan peralihan
berat badan yang tepat.
Usia 7 Tahun
è
Keseimbangan satu kaki tanpa melihat.
è
Dapat berjalan pada papan keseimbangan selebar 5
cm.
è
Anak-anak dapat melompat sambil membuka kaki
kemudian menutup kembali dengan akurat.
Usia 8 tahun
è
Anak-anak mempunyai kekuatan menggenggam sebesar
5 kg.
è
Jumlah permainan yang dimainkan oleh anak-anak perempuan
dan laku-laki merupakan jumlah terbesar dalam masa ini.
è
Anak-anak dapat berjingkrak dalam ritme silih berganti pola 2-2, 2 – 3 , 3 – 3.
Usia 9 tahun
è
Anak L: berlari 5 meter per sekon
è
Anak L: Melempar bola sejauh 21 Meter
Usia 10 tahun
è
Anak-anak dapat menilai dan mecegah jalur bola
yang dilempar pada jarak tertentu.
è
Anak perempuan berlari 5 meter per detik.
Usia 11 tahun
Anak laki-laki
melompat sejauh 1,5 meter dan perempuan kurang dari 1,8 meter.
1.4. Bermain di Waktu Istirahat
Permainan
Fisik dimana sifat permainan yang dimainkan adalah informal dan diatur secara
spontan atau mengikuti aturan yang ada.
Permainan
kekacauan dan kekasaran adalah permainan penuh semangat seperti bergulat,
menendang, saling menjatuhkan, bergumul, dan mengejar , sering diiringi tawa
dan teriakan. Pellegrini & Pellegrini , 1998 dalam Papalia, mengatakan
bahwasanya permainan kekacauan dan kekerasan ini membantu anak dalam bersaing
untuk mendominasi dengan mengukur kekuatan dirinya dan orang lain melalui
permainan ini.
Olah raga yang
terorganisir dilakukan anak-anak setelah mereka terlampau besar untuk mengikuti
kegiatan permainan kekacauan dan kekerasan. Menurut penelitian di AS yang
berusia 9 – 13 tahun anak-anak mulai melibatkan diri dalam olah raga
terorganisir contohnya sepak bola, softball, basket (Duke et al., 2003 dalam
Papalia, ). Untuk mengembangkan
kemampuan motorik mereka diharapkan olah raga dapat bervariasi agar anak bisa
menyesuaikan latihan dan mengembangkan kemampuan motoriknya sendiri.
1.5. Kesehatan dan Kebugaran
Masalah Kelebihan berat badan atau obesitas
Terjadi pada
anak-anak karena hasil kecenderungan bawaan atau genetis dan terlalu sedikit
berolah raga atau makan terlalu banyak (AAP Committeof Nutrition, 2003 dalam
Papalia, ). Makanan yang diperoleh lebih banyak adalah makanan cepat saji yang
memiliki kandungan lemak dan karbohidrat yang tinggi (Bowman dkk, 2004 dalam
Papalia, ). Anak anak usia sekolah saat ini banyak menghabiskan waktu di rumah
dan menghabiskan waktu yang sedikit untuk bermain di luar ruangan dibanding
anak-anak usia tengah 20 tahun lalu (Juster et al, 2004 dalam Papalia, ).
Kenapa
dihawatirkan ? kelebihan berat badan merupakan kelemahan bagi anak-anak usia
sekolah, anak-anak yang mengalami obesitas tertinggal dari teman-teman
sekolahnya dalam fungsi sosial dan fisik ketika usia 10 tahun , menurut
penelitian longitudinal pada SD Victoria (William dkk, 2005 dalam Papalia, ).
Anak-anak dengan obesitas sering menderita secara emosional , memiliki resiko
pada masalah prilaku, depresi, dan harga diri yang rendah. Selain itu
kecenderunngan menjadi orang dewasa yang obesitas pun menjadi lebih tinggi pada
anak-anak yang mengalami obesitas.
1.6. Masalah medis lainnya :
-
Masalah Pendegaran dan penglihatan
Anak usia sekolah penglihatannya lebih tajam dibanding
ketika balita , anak-anak usia 6 tahun cenderung lebih sulit melihat dari jarak
dekat. Pada usia 6 tahun penglihatan akan lebih teliti dan sudah terorganisasi dengan baik.
-
Masalah Pernafasan :
Penyakit yang menyerang saluran pernafasan , contohnya
adalah penyakit asma adalah penyakit pernapasan kronis yang dicirikan dengan
serangan batuk dan pernapasan yang parau (bengek), kesulitan bernapas mendadak.
2. Perkembangan Kognitif
Menggunakan
pendekatan piaget , menurut tahap perkembangan kognitif piaget anak usia 7 – 12
tahun memasuki tahap oprasional kongkret dimana mereka bisa menggunakan
berbagai operasi mental seperti penalaran, pemecahan masalah tetapi yang bersifat
kongkret atau nyata contohnya Melakukan operasi penjumlahan dengan alat peraga
balok, mencari sarung tangan yang hilang, anak anak pada usia ini bisa berfikir
dengan logis karena egosentris mulai menurun, tapi masih batas situasi nyata
pada saat itu.
2.1. Kemajuan Kognitif
2.1.1.
Hubungan
spasial sebab - akibat
Dalam ini anak
mengalami kemajuan saat pemahaman ruang , anak-anak dapat menentukan seberapa
jauh jarak dari satu tempat ke tempat yang lain dan berapa lama untuk mencapai
ke sana , pengalaman memegang peranan penting karena semakin sering anak
tersebut mendapat pengalaman tentang rute suatu tempat kemampuannya secara
spasial akan makin baik. Baik dalam mengkomunikasikan rute atau membaca peta.
Penilaian sebab akibat pun meningkat ketika usia 5 – 12 tahun diminta untuk meramalkan
tuas dan timbangan akan bekerja dalam kondisi bervariasi anak lebih tua
memberikan jawaban lebih benar dibanding anak yang lebih muda.
Contoh
kemajuan spasial :
Anna dapat
menggunakan peta atau model untuk mencari objek tersembunyi dan setelah itu bisa
memberikan arahan untuk menemukan objek kepada orang lain, dapat mengetahui
jalan menuju sekolah dan memperkirakan waktu dan jarak
Contoh
Kemajuan sebab akibat:
Douglas
mengetahui atribut fisik suatu objek dalam setiap sisi timbangan akan
mempengaruhi hasil contoh nya berat dari objek mempengaruhi tapi warna tidak.
2.1.3.
Pengelompokan
:
Mencakup
kemampuan untuk seriasi (mengurutkan), Penyimpulan transitif, Inklusi kelas.
Contohnya pengelompokan adalah : anak mulai bisa mengelompokkan sesuatu
berdasarkan warna, ukuran, dia mengatakan bahwa mawar itu adalah sub kelas
bunga.
2.1.4.
Seriation (mengurutkan)
Dimana mereka
dapat menyusun objek berdasarkan urutan berdasarkan salah satu dimensi misalnya
berat, ukuran, misalkan menyusun benda dari yang ukurannya paling besar sampai
paling kecil à
mereka bisa mengurutkan menjadi satu dimensi. Usia 7 – 8 tahun mereka sudah
mampu memahami hubungan antara satu kelompok benda ex : tongkat sehingga
setelah melihatnya mereka bisa menyusunnya.
2.1.5.
Penyimpulan
transitif
Kemampuan menyimpulkan
hubungan antara dua objek dari hubungan kedua objek dengan objek ke-3.
Contohnya: catrine dapat menyusun kelompok tongkat
dalam urutan dari yang pendek sampai yang tinggi (seriation), ketika catrine
dihadapkan pada tiga tongkat berwarna kuning, hijau, dan biru ia ditunjukan
melalui seriaton tadi bahwa tongkat kuning adala urutan ke 3 , hijau urutan ke
2, dan tongkat biru urutan ke 1, saat intruksinya adalah mengurutkan dari yang
paling pendek ke paling tinggi , maka secara langsung katrine dapat mengetahui
bahwa tongkat kuning itu lebih panjang dari tongkat hijau dan tongkat hijau itu
lebih panjang dari tongkat biru (Champman & LidenBerger, 1988; Piaget &
Inhelder, 1967 dalam Papalia,2008 ).
2.1.6.
Inklusi
kelas
Kemampuan anak
memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagiannya. Piaget, 1964 dalam
Papalia 2008, mengatakan:
“Anak usia praoprasional diperlihatkan 10 tangkai
bunga berisi 7 mawar dan 3 anyelir dan ditanyai apakah lebih banyak mawar atau
lebih banyak bunga , mereka menjawab lebih banyak bunga mawar , karena mereka
membandingkan mawar dengan anyelir bukan dengan keseluruhan bunga. Pada usia 7
– 8 tahun anak mulai memahami bahwa mawar adalah sub kelas bunga oleh karena
itu dia tidak mengatakan bawar lebih banyak dari bunga.
2.1.7.
Penyimpulan
Induktif dan Deduktif
Penalaran Induktif à mulai dengan mengamati
partikular kelas orang-orang, hewan, objek, subjek dan kejadian kemudian mereka
melakukan penyimpulan dari yang khusus tersebut kedalam satu kesimpulan umum
secara keseluruhan. Jadi penalan induktif adalah penalaran yang dimulai dari
penalaran partikuler kemudian disimpulkan jd penalaran secara umum.
c/: Kucing teri mengeong, kucing
adri dan tyara pun mengeong, lalu kucing yang kutemui dijalan pun mengeong,
maka kesimpulannya adalah semua kucing mengeong.
Penalaran deduktif à
jenis penalaran yang dimulai dari premis umum mengenai sesuatu kelas ke
kesimpulan mengenai suatu anggota partikular atau anggota kelas. Contoh : mamalia berkembang biak dengan
melahirkan à
anjing , tikus, paus, kucing adalah binatang mamalia dan semuanya berkembang
biak dengan cara melahirkan.
2.1.8.
Konservasi
Contoh :
Pelive dan Patricia pada usia 7 tahun mengetahui bahwa sebuah bola tanah liat
dibentuk menjadi bentuk sosis dan bentuk lain maka jumlahnya akan tetap sama
(konservasi substansi). Pada usia 9 tahun mereka mengetahui bahwa bola dan
sosis punya berat yang sama. Pada saat remaja mereka dapat mengetahui jumlah
air yang dipindahkan itu sama walaupun bejana yang digunakan berbeda bentuknya.
2.1.9.
Angka
dan Matematika
Usia 6 – 7
tahun banyak anak bisa menghitung di kepala mereka , contohnya saat menghitung
lebih dari 10 , 10 + 7 maka mereka menghitung dengan cara menaruh 10 di otak
dan 7 di jari lalu mereka mulai menghitung dari 10, 11, 12 dan seterusnya.
Usia 9 tahun
dapat menyelesaikan permasalahan matematika soal cerita sederhana.
2.1.1 Penalaran Moral
Piaget (1932)
dalam papalia (2008) , tahapan perkembangan moral berajalan pada dua tahap
utama yakni convensional dan praconventional. Pra konvensional ini terjadi
ketika usia anak (2-7) tahun dimana dilema moral ini dinilai secara
egosentrisme, orientasi perilaku bermoral masih pada kepatuhan dan yang
membedakannya adalah menilai benar salah masih dengan konsekuensi tindakan
bukan menilai motif, beranggapan bahwa aturan itu adalah sesuatu yang absolut
harus ditaati. Tahap kedua adalah tahap conventional morality (7-12) dimana
anak memandang dilema moral tidak satu sudut pandang lagi, dan aturan tidak
dipandang lagi sesuatu yang absolut harus ditaati , aturan bisa diubah dan
mulai menilai motif. Tahap kedua ini dicirikan dengan fleksibilitas dan
kelonggaran. Pada masa kanak-kanak tengah seharusnya sudah pada tahap ke- 2.
3.
Pendekatan
Pemrosesan Informasi
Anak mulai
mengalami peningkatan yang signifikan dalam kemampuan mereka memproses dan
mempertahankan informasi. Kecepatan memproses suatu tugas dari mulai
mencocokkan gambar, menambah angka di kepala, menngingat informasi keruangan
meningkat pesat karena sinaps dalam otak yang tidak diperlukan di potong. Anak
anak sekolah mulai memahami bagaimana ingatan berfungsi dan dapat menggunakan
strategi dan teknik yang disengaja untuk membantu mereka mengingat. Sejalan
dengan informasi yang makin banyak mereka terima oleh karena itu perhatian mereka
akan lebih spesifik.
3.1. Memori dan Ingatan
Usia 5 -7
tahun lobus frontalis berkembang dan peningkatan signifikan memungkinkan
peningkatan pada kemampuan mengingat kembali dan meta memori (pemahaman
mengenai proses ingatan) dan meta kognisi (kesadaran seseorang dengan mentalnya
sendiri).
3.2. Strategi untuk mengingat
1.
Strategi Mnemonic à
berbagai alat yang membantu untuk ingatan , paling umum digunakan di anak SD
adalah penggunaan alat bantu ingatan eksternal c/ model belajar, berbagai
strategi mnemonic umum à
reheaersal (pengulangan), elaborasi, organisasi
2.
Mencatat no telepon, membuat daftar, mengatur
alarm itu adalah strategi eksternal .
3.
Contoh: mengucapkan nomor berulang-ulang
(rehearsal dengan chunk), menempatkan informasi kedalam kelompok-kelompoknya, elaborasi
à anak-anak mengaitkan
apa yang dipelajari dengan sesuatu yang lain
3.3. Perhatian selektif
Anak-anak usia
sekolah dapat berkonsentrasi lebih lama, mereka perlu memusatkan pemikiran
mereka untuk menyaring informasi tidak semua informasi ke email bppm.Anak-anak
kelas 5 lebih mampu dr kelas lain. Diantaranya dia bisa melakukan selective
attention dengan wawancaranya , bentuk dll.
4.
Perkembangan
Psikososial
•
Piaget: anak berada dalam tahap sistem
representasional
Sistem
representasional: perkembangan definisi diri yang dicirikan dengan
keluasan, keseimbangan, serta integrasi dan penilaian berbagai aspek diri.
•
Erikson: anak usia middle childhood berada pada
tahap Industry vs inferiority
•
Perkembangan
anak tergantung pada feedback significant others
“Anak-anak harus mempelajari
keterampilan produktif yang diperlakukan budaya mereka atau mereka akan menghadapi
perasaan rendah diri.”
Anak-anak membandingkan kemampuan mereka dengan teman sebayanya: jika
tidak memadai bisa menarik diri ke keluarga yang melindunginya, jika terlalu
rajin bisa mengabaikan hub sosial dan menjadi workaholic.
4.2. Perkembangan Sosial dan Perilaku Prososial
-
Karakteristik Perkembangan Psikososial masa
kanak-kanak tengah
-
nKonsep diri jadi lebih kompleks , mempengaruhi
self esteem à
pujian prestasi
-
Terjadi Coregulation yang mencerminkan peralihan
kontrol dari orang tua ke anak secara perlahan.
-
Teman sebaya Penting.
Anak usia
tengah mulai Menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat memahami
secara lebih baik dan mengatur emosi negatif. Empati dan perilaku sosial
meningkat. Perkembangan emosi dipengaruhi oleh berbagai reaksi orang tua untuk
memperlihatkan emosi negatif. Pengendalian emosi melibatkan usaha untuk
mengontrol emosi, perhatian, dan perilaku.
4.3. Anak dalam Keluarga
-
Anak cenderung menghabiskan waktu luang mereka jauh dari rumah, bersosialisasi
dengan teman dan lingkungan mereka. Namun, rumah dan keluarga tetaplah bagian yang penting di dalam hidup
anak.
-
Lingkungan keluarga memiliki 2 unsur utama:
struktur dan suasana keluarga (brofenbrenner).
-
Keadaan keluarga: Masa perkembangan anak usia tengah adalah masa
anak memasuki masa coregulation, yang berarti orang tua dan anak akan
berbagi wewenang.
-
Coregulation
adalah masa transisi dari pengaturan tingkah laku yang mana orang tua akan
cenderung melakukan pengawasan dan anak-anak akan melatih dalam pengaturan diri
sendiri.
-
Cara
orang tua membawa anak dalam masa coregulation akan mempengaruhi cara
orang tua dalam mempraktekkan kedisiplinan
-
Cara
orang tua dan anak bekerja sama dalam proses menyelesaikan konflik lebih
penting daripada penyelesaian konflik itu sendiri.
-
Mereka
juga belajar konflik seperti apa yang layak diperdebatkan dan strategi apa yang
efektif.
-
Efek orang tua yang bekerja: Umumnya, semakin seorang ibu merasa puas
terhadap pekerjaannya, semakin bagus pula kinerjanya berperan sebagai orang tua.
-
Namun,
sesungguhnya, hal yang lebih diutamakan adalah sebaik apa seorang orang tua
untuk mengenal dan mengikuti perkembangan anaknya yang akan lebih penting bagi
anak.
4.
Keluarga
dengan tingkat ekonomi yang lemah cenderung kurang memeperhatikan anak dan
berakibat pada prestasi belajar di sekolah dan adaptasi sosial yang kurang
baik.
5.
Namun, orang tua yang mendapat dukungan dari pihak keluarga atau lingkungan,
memperoleh bantuan dalam pengasuhan anak, akan dapat mengasuh anak dengan baik
Struktur
Keluarga
•
Anak adopsi: anak yang diadopsi pada masa bayi lebih dapat beradaptasi dengan baik
dibandingkan anak yang diadopsi pada usia tengah.
•
Orang tua yang bercerai: Anak yang lebih muda akan lebih cemas dalam
menghadapi perceraian orang tuanya, karena mereka kurang memiliki persepi yang jelas tentang
penyebab perceraian tersebut.
•
Anak
dalam usia sekolah sangat sensitif terhadap tekanan dari orang tua dan konflik
loyalitas.
•
Masalah
emosional atau perilaku dapat terjadi disebabkan karena anak menyaksikan atau
merasakan adanya konflik di antara orang tua, baik sebelum atau setelah
perceraian, dan dari perpisahan itu sendiri.
•
Single parent: penelitian menunjukkan bahwa dengan kebijakan
keluarga yang mendukung disertai keadaan keluarga, baik secara finansial
ataupun sosial, anak yang tinggal dengan orang tua tunggal dapat menjadi lebih
mandiri dan berkembang lebih pesat dibandingkan anak yang mempunyai dan
tinggal dengan orang tua lengkap.
•
Keluarga tiri: Perkembangan anak pada masa usia tengah dengan
orangtua tiri mereka biasanya mudah terganggu karena kebiasaan yang telah
dimiliki anak dengan keluarga kandungnya. Mereka sulit menerima orang
baru.
•
Semakin
banyak orang baru di kehidupan sang anak, maka sang anak semakin membutuhkan perhatian dari orang tua mereka.
•
Perkembangan
dan perilaku anak dalam lingkungan sosial anak sangat dipengaruhi oleh
kebijakan orang tua dalam membagi waktu, memberi perhatian, dan menjelaskan
kepada anak bagaimana struktur keluarga barunya saat ini.
Hubungan Persaudaraan
•
Hubungan
saudara akan mulai tampak ketika anak memasuki masa usia tengah yaitu berumur 7
atau 9 tahun.
•
Biasanya
hubungan yang tampak dapat berupa kasih sayang, cemburu, atau pun kompetisi
pada diri anak terhadap saudaranya.
•
Hal
ini sangat bergantung kepada bagaimana orang tua mengasuh anak sehingga anak
dapat memberi respon positif kepada saudaranya.
Laporan Hasil Observasi, Wawancara dan Klip
Isu perkembangan yang ingin kami
buktikan pada observasi dan wawancara ini adalah teori perkembangan kognitif
piaget dan Psikolosial Erickson.
Alasan Pemilihan Teori :
6.
karena kami tertarik dengan pembahasan mengenai
kemajuan kognitif yang kompleks yang terjadi pada masa middle childhood.
7.
Kami merasa isu perkembangan kognitif piaget
yang lebih gampang untuk dibuat setting pengamatan dan observasi.
8.
Teori piaget mengenai pembahasan kemajuan
kognitif dirasa lebih komprehensif dari teori kognitif lainnya.
Alasan Pemilihan Subjek :
9.
Subjek masih berusia 10 tahun dan sesuai dengan
range usia yang dikemukakan Piaget dalam catatannya.
10.
Subjek berlatarbelakang keluarga yang sudah
mengalami perceraian dan menarik untuk dilakukan penelitian.
Hasil Penelitian:
Subjek bernama
Evi lahir pada tanggal 22 April 2004 anak dari ibu Ernawati Elizabet ini
sekarang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, sebenarnya subjek seharusnya berada di
Kelas 4 tingkat sekolah dasar namun subjek harus mengulang kelas karena alasan
tertentu. Berasal dari status ekonomi sedang. Ibu Evi seorang single parrent
yang sebelumnya sudah menikah sebanyak dua kali. Evi mempunyai 2 sodara tiri ,
yang pertama adalah kakak perempuan yang sudah bekerja dan kakak laki-laki yang
masih mengecap bangku kuliah. Berdasarkan wawancara terhadap significant others
dari evi mengenai kegiatan yang dilakukan setiap hari didapatkan hasil sebagai
berikut:
BY : “Evi kalau dirumah ngapain aja
kang? “
FJ : “Paling dia main
sama temen-temennya kalau libur dan kalau sekolah ya sekolah tapi kalau dirumah susah banget belajar,
jadi ya gitu sempet ga naik kelas”
BY : “Evi dirumah paling deket sama
siapa? “
FJ : “Sama mamanya, soalnya saya galak”
bahkan ketika dimarahi subjek selalu menangis , tambahnya.
BY : “Disekolah Evi bagaimana?”
FJ : “Evi pendiam kalau kata
teman-temannya”
Hari itu kami
tidak mulai secara langsung prosesi pembuatan klip dikarenakan ada penyesuaian
khusus yang harus kami lakukan kepada subjek. Alasan pertama adalah subjek
belum mengenal kami dalam tahapan perkembangan psikososial Ericson anak yang
memasuki tahapan industy Vs Inferiority sangat bergantung pada feedback
significant others termasuk teman sebaya nya, mungkin saja karena kami bukan
significant others untuk subjek , subjek membatasi diri dan terlihat malu-malu.
Subjek menunjukkan perilaku penolakan saat dimintai tolong pertama kali
ditunjukkan dengan perilaku berlari kesana-kemari, subjek membawa gadgetnya
yaitu PSP, subjek memegang PSP nya dan sedikit tidak menghiraukan kami, lalu
subjek memainkan PSP nya sambil tidur-tidur-
an. Dari perilaku yang diperlihatkan subjek kepada kami subjek terlihat menghindari kami ,
terlebih karena ini kali pertamanya kami bertemu dengan subjek dan kami tidak
terlihat seperti teman sebaya-nya. Dalam tahap perkembangan psikososial tahap
basic trust Vs Misstrust (dalam papalia, ) perilaku subjek yang melakukan defense saat kami
bersama dia ini mungkin dilakukan untuk memperoleh rasa trust kepada orang
baru.
Satu Jam
berlalu dan subjek terlihat mulai bergabung dengan kami pada saat kami
mempersiapkan alat-alat untuk membuat klip, membantu mewarnai gelas aqua dan
lainnya.
Kami memulai
dengan tes yang pertama :
1. Kemajuan kognitif Seriation dan Inklusi
Kelas
Dijelaskan
dalam teorti diatas bahwa anak usia tengah mengalami beberapa kemajuan kognitif
yakni seriation dan inklusi kelas, seriation diartikan sebagai kemampuan
mengurutkan. Contoh : mengurutkan dari yang besar ke yang kecil dll, dan sudah
bisa membandingkan bahwa benda pertama dua kali lebih besar dari benda kedua
dan benda kedua dua kali lebih besar dari benda ke tiga. Kemampuan inklusi
kelas adalah memasukkan benda dalam kategori-kategori seperti dalam contoh
diatas mengkategorikan bunga anggrek kedalam bunga.
Tes Seriation dan Inklusi Kelas
a.
Seriation
11.
Media :
Gelas Aqua berwarna hijau, oranye, coklat dan hitam.
12.
Deskripsi :
Peneliti memberikan gelas warna-warni berisi air dengan volume yang berbeda
masing-masing gelasnya. Lalu subjek diminta untuk mengurutkan ke-4 gelas aqua
tersebut dari yang paling banyak ke yang paling sedikit isi volume airnya.
13.
Perilaku subjek :
subjek terlihat mengamati air dari warna nya dan mulai mengurutkannya , subjek
nampak tidak kebingungan saat mengurutkannya karena dari warna pun sudah
terlihat mana yang paling banyak dan paling sedikit, lalu subjek mengurutkan
urutan ke 2 dengan membandingkan dengan
1 gelas aqua lagi yang belum menempati urutan.
Dalam fenomena
ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan subjek untuk seriasi telah dimiliki
dimana subjek membandingkan dahulu mana yang lebih sedikit dan mana yang lebih
banyak. Setelah dapat urutan pertama subjek membandingkan dengan 2 gelas yang
belum mendapat urutan untuk tentukan urutan ke 2 dan membandingkannya lagi
dengan satu gelas lagi yang belum mendapat urutan. Hal ini sejalan dengan teori
tentang kemajuan kognitif yang terjadi pada masa kanak-kanak tengah.
b.
Tes
Inklusi Kelas
Media : Crayon berwarna
Deskripsi : Subjek diberikan istruksi untuk
memilik warna pelangi , dan menyimpannya dengan terpisah dengan warna crayon
lainnya.
Perilaku subjek : Subjek dalam waktu kurang dari satu menit
sudah bisa memilih tiga warna pelangi yaitu, merah , kuning, hijau dan
menyimpannya terpisah dari warna crayon yang sudah dipilihnya sebagai warna
pelangi.
Hal
ini pun menunjukkan mengenai kemajuan kognitif yang sudah didapatkan yakni
melakukan inklusi kelas. Sebelumnya dia memiliki pengetahuan dahulu mengenai
warna pelangi yang dilihatnya dari film kartun lalu dibentuknya menjadi skema
bahwa warna pelangi itu merah, kuning, hijau, hal ini terjadi sejalan dengan
teori Piaget (1938) dalam papalia () mengenai anak yang sudah sampai pada usia
7 – 12 tahun itu termasuk kedalam tahap operational kongkret artinya dia bisa
melakukan operasi mental selama ada sesuatu hal atau pengalaman kongkret hal
ini terkait kemampuan anak dalam penyelesaian masalah.
c.
Tes
kemampuan bilangan
Media : piring, tahu isi, peneliti
Deskripsi : subjek diberikan permasalahan
matematis sederhana mengenai penjumlahan tahu, memakai media nyata.
Perilaku subjek : ketika itu subjek mampu menjawab pertanyaan
peneliti dengan menghitung jumlah tahu isi nya, mengurang menambahkan dan membagi, pada saat proses
mencari hasil subjek terlihat menghitung jumlah tahu nya .
Perilaku
subjek diatas menunjukkan dan mempertegas bahwasanya kemampuan nya masih pada
taraf operasional konngkrit dimana menurut Piaget (1938) dalam papalia bahwa
subjek mampu menyelesaikan permasalahan matematis apabila ada pengalaman dan
benda konkretnya.
Kesimpulan secara keseluruhan:
Subjek
mengalami pertumbuhan yang sesuai usianya , tubuh subjek cukup proporsional
untuk anak usia 10, hanya saja kami sulit membedakan subjek laki-laki atau
perempuan dikarenakan rambut subjek yang dipangkas pendek. Subjek masih senang
bermain dengan teman-temannya dibanding bermain dengan kakakn-nya dirumah dan
meghabiskan waktu dengan membaca buku pelajaran hal ini didukung dengan asumsi
tentang hubungan anak dalam keluarga pada masa kanak-kanak dimana “Anak cenderung menghabiskan waktu luang
mereka jauh dari rumah, bersosialisasi dengan teman dan lingkungan mereka.
Namun, rumah dan keluarga
tetaplah bagian yang penting di dalam hidup anak”. Ditunjukkan dengan
frekuensi bermain yang lebih sering dari pada berada di rumah, (dalam Papalia
dkk, ). Akibatnnya prestasi akademik subjek menurun dan sempat tidak naik
kelas, jika dikatakan oleh Ericson dalam Papalia () bahwa pada
tahap industry Vs Inveriority anak akan mempuanyai sifat industry ketika dia
pernah mengalami keberhasilan, dan akan sedikit inferior ketika menghadapi
kegagalan. Hal ini ditunjukkan sedikit oleh Evi ketika bertemu dengan kami dia
sedikit menarik diri dan seolah-olah menghindari permainan yang kami maksudkan
untuk mengetes evi waktu itu.
Subjek
mengalami kemajuan kognitf seperti dikemukakan Piaget dalam teori pembahasan sebelumnya yakni
seriasi, inklusi kelas, oprasi bilangan kongrit. Ditunjukkan dengan
kemampuannya menyusun air dalam gelas warna , kemampuannya memilih warna
pelangi.
Perkembangan
anak pada tahap ini sangat bergantung pada feedback significant other yang
tepat, ketika merespon tidak sesuai maka bisa dipastikan salah satu diantaranya
ada yang tidak sesuai, tapi bukan berarti ini adalah sesuatu yang harus dan
tetap, bisa berubah karena ada faktor lainnya yakni lingkungan dan dalam diri
pribadi, oleh karena itu penting bagi psikolog untuk pelajari semuanya secara
keseluruhan bukan satu-satu.